REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh Pondok Pesantren Asshiddqiyah KH Ahmad Mahrus Iskandar mengatakan santri di masa kini juga memikul tanggung jawab yang besar seperti santri di masa lalu. "Santri berkewajiban untuk bersosialisasi, menjalin ukhuwah," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (21/10).
Ada tiga ukhuwah yang harus tetap dipertahankan oleh para santri. Pertama, Ahmad Mahrus mengatakan, ukhuwah Islamiyah. Santri seharusnya mampu menjaga hubungan dia dengan agamanya. Sehingga mampu menguatkan iman dan islam.
Sesama Muslim di seluruh belahan dunia adalah saudara yang patut dilindungi. Santri harus perjuangkan hak mereka atas Islam jika berada pada negara yang sedang berperang serta mendoakan mereka untuk kebaikan.
Kedua, ukhuwah insaniyah, dimana santri harus mampu menjaga hubungan baik dan persaudaran sesama manusia. "Seluruh umat manusia di dunia adalah saudara kita. Tidak ada perbedaan yang menjadi dasarnya untuk saling bermusuhan, karena tidak ada satu manusiapun yang hidup dalam keabadian," katanya.
Ketiga, ukhuwah Wathaniyah, santri harus mampu menjaga bangsa dan menjaga dirinya. Ini merupakan tantangan bersama. Sesuai dengan tagline hari santri tahun ini, bersama santri, damai negeri. "Santri yang pernah mengaji baik dengan mondok atau tidak, mereka harus bisa memiliki akhlak yang baik. Sehingga dapat menjaga negerinya agar tetap damai. Tugas seorang santri seperti Muslim lainnya adalah mencari ridha Allah. Salah satunya dengan menjaga negeri tetap damai," jelas dia.
Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta ini mengatakan tantangan terbesar santri saat ini adalah untuk membantu dalam menjaga negeri agar tetap damai. Dahulu santri melakukan perlawanan dengan perang menggunakan senjata melawan penjajah.
Sedangkan saat ini, santri berperang dengan pena dan media sosial. Masalah, Ahmad Mahrus mengatakan, yang di hadapi lebih kompleks karena tak terlihat nyata.