REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) X Perbarindo, Senin-Rabu (22-24/10). Ketua Perbarindo, Djoko Suyanto, mengatakan, industri BPR – BPRS memiliki 6.664 unit kantor, terdiri dari Kantor Pusat 1.770 unit, Kantor Cabang 1.943 unit dan Kantor Kas 2.951 unit yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Peran dan fungsi intermediasi telah dilakukan oleh industri BPR-BPRS.
Hal itu terlihat dari perkembangan jumlah kredit yang disalurkan sampai Juli 2018 mencapai Rp 95 triliun atau tumbuh sebesar 8,59 persen dibandingkan posisi tahun sebelumnya. "Keberhasilan dalam penyaluran kredit mencerminkan Industri BPR – BPRS produk dan layanan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat," kata Djoko di acara tersebut.
Penyaluran kredit yang didominasi oleh sektor UMKM dinilai mencerminkan Industri BPR-BPRS pro rakyat kecil, pro UMKM dan pro Pemerintah. Sedangkan dari sisi penghimpunan dana, jumlah tabungan pada Juli 2018 mencapai Rp 28 triliun, naik 14,23 persen dibandingkan posisi setahun sebelumnya. Deposito tumbuh mencapai 8,99 persen, menjadi Rp 60 triliun per Juli 2018.
"Industri BPR - BPRS berada di grassroot dan garda terdepan dalam melakukan literasi serta edukasi terhadap masyarakat," imbuhnya.
Program kerja ke depan Perbarindo akan dibahas dan dikupas dalam Munas tersebut. Ada beberapa fokus yang harus dilakukan antara lain, memantapkan konsolidasi organisasi pada lingkup nasional maupun daerah. Sehingga mekanisme komunikasi dan informasi di antara anggota serta seluruh unit yang ada pada organisasi dapat berjalan baik dan serasi satu sama lain.
Kedua, upaya agar BPR–BPRS memiliki produk berbasis digital dan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk meningkatkan service level dan branding BPR–BPRS. Fokus ketiga, upaya agar Perbarindo mampu menjadi mitra strategis bagi regulator, sehingga Industri BPR - BPRS dapat tumbuh dengan habitat yang baik yakni pengaturan yang baik, pengawasan yang efektif dan pembinaan yang berkesinambungan.
Forum Munas X tersebut diharapkan menjadi ajang saling bertukar pikirian, melontarkan ide, mempertajam gagasan serta mengeksplor rencana dan program kerja ke depan. "Hal itu untuk memperkuat dan meningkatkan daya saing industri BPR - BPRS di masa yang akan datang dan tujuan akhirnya mampu berkontribusi optimal bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat," kata dia.
Industri BPR - BPRS telah melayani masyarakat Indonesia sebanyak 17 juta nasabah yang terdiri dari debitur sebanyak 4 juta rekening dengan rata-rata pinjaman Rp 27 juta, deposan sebanyak 600 ribu rekening dengan rata-rata deposito sebesar Rp 102 juta dan penabung sebanyak 12,4 juta rekening dengan rata-rata tabungan sebesar Rp 2 juta.
Munas dilaksanakan untuk memberikan laporan pertanggungjawaban pengurus, memilih pengurus baru dan menetapkan rencana kerja serta bila dipandang perlu dapat melakukan perubahan AD/ART organisasi.