REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mewaspadai gempuran financial technology atau teknologi finansial yang saat ini mulai merambah di pedesaan.
"Kalau dilihat dari sasaran pasar, fintech ini juga menyasar ke segmentasi BPR yang selama ini banyak melayani masyarakat pedesaan," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Solo, Senin (22/10).
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau bahwa BPR harus kompetitif. Dengan sistem peer to peer lending, sistem pencairan dana lebih cepat serta tanpa jaminan. Bahkan, dikatakannya, dana pinjaman fintech hingga saat ini sudah lebih dari Rp 3 triliun.
Menurut dia, BPR akan bisa bersaing di era digital ini dengan produk-produk baru. Dalam hal ini, dikatakannya, BPR bisa saling sinergi dan mendukung, SDM bisa bagus, dan bisa bersaing dengan produk dari lembaga keuangan lain.
Sementara itu, untuk bisa bersaing dengan fintech maupun lembaga keuangan lain, Ketua Umum Perbarindo Joko Suyanto mengatakan BPR harus bisa meningkatkan service level. "Bagaimana BPR menyiapkan diri sesuai dengan yang berkembang sekarang yaitu fintech. Pada prinsipnya harus bisa mempercepat akses keuangan, baik itu dengan elektronifikasi maupun digitalnya BPR," katanya.
Menurut dia, saat ini BPR juga tengah menyiapkan langkah-langkah kelembagaan agar makin siap menghadapi era teknologi. "Kami juga sedang menyiapkan infrastruktur digital melalui kerja sama dengan pihak lain, dari sisi core banking system. Pada dasarnya semua punya kemampuan melakukan infrastruktur itu," katanya.
BPR juga sudah berinovasi dan berkolaborasi dengan pihak lain, salah satunya dengan BNI melalui produk tap cash BPR. "Harapannya adalah mampu meningkatkan literasi dan mobile of sales sehingga respons masyarakat makin baik dan kami juga bisa mengikuti demand masyarakat. Selain itu, kami juga mengoptimalkan pemasaran melalui media sosial," katanya.