REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mendorong generasi milenial untuk menjadi pengusaha properti mumpuni. Menurut Direktur Utama Bank BTN Maryono, ada delapan alasan mengapa menjadi pengusaha properti menarik.
Di antaranya ketersediaan lahan yang terbatas membuat investor memegang kontrol, daya juang ketika berinvestasi sangat tinggi, nilai aset dapat ditingkatkan dengan modal minimum, mendapatkan capital gain dan cashflow, tidak menyita waktu, bank lebih suka memberikan pinjaman dengan jaminan properti, serta investasi properti menjadi favorit investor besar.
Jadi Freelancer Marketing Properti? Ini Kiat Suksesnya
Maryono optimistis, para generasi milenial berpotensi sukses bergelut di sektor properti di Indonesia. Berdasarkan peringkat Top Cities for Real Estate Investment tahun 2018 dari PriceWaterhouse Coopers (PwC), Jakarta menempati urutan ke lima setelah Bangalore, Bangkok, Guangzhou dan Ho Chi Minh City.
“Artinya banyak investasi yang mengalir ke Jakarta, tapi tidak menutup kemungkinan kota besar lainnya di Indonesia juga berkembang dan menarik investasi properti karena sejumlah faktor. Di antaranya perhatian pemerintah terhadap kebutuhan rumah lewat program sejuta rumah, pertumbuhan jumlah penduduk, perkembangan infrastruktur dan digitalisasi di dunia bisnis yang makin efisien,” kata dia.
Ketertarikannya mengajak generasi milenial menjadi pengusaha properti. Hal itu karena mereka diproyeksi menjadi tulang punggung ekonomi bangsa yang menentukan masa depan Indonesia. Maka Maryono berharap generasi milenial melirik bisnis properti yang ceruknya masih besar dan belum tergarap maksimal.
Dalam catatan BTN, selisih kebutuhan rumah dengan kapasitas pengembang masih lebar di Indonesia. Adapun kebutuhan rumah masih besar, yakni sebesar 800 ribu unit per tahun, sementara kapasitas pembangunan rumah para pengembang hanya sebesar 250 ribu hingga 400 ribu unit per tahun.
Minimnya pasokan membuat daya dorong sektor perumahan terhadap PDB Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2017 hanya mencapai 2,8 persen. Angka ini sangat rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia mencapai di atas 20 persen dan Thailand sebesar 8 persen.
“Padahal jika investasi properti meningkat, kebutuhan rumah masyarakat terpenuhi dan setidaknya 170 industri turunan lainnya ikut terdongkrak. Banyak pula lapangan pekerjaan berkembang yang pada akhirnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Maryono menjelaskan, dalam bisnis properti terdapat sisi pasokan dan sisi permintaan yang keduanya harus diperhatikan. Maka, BTN tidak hanya mengembangkan pembiayaan perumahan untuk menangkap permintaan konsumen (demand) namun juga memperhatikan sisi pasokan.
BTN pun merangkul pengembang dengan pemberian kredit properti dan konstruksi dan pengembangan jumlah wirausaha. Jumlah wirausaha di Indonesia berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM tergolong minim yaitu sebesar 7,8 juta orang dari sekitar 252 juta orang penduduk Indonesia.
Dengan jumlah tersebut, Global Entrepreneurship index tahun 2018 menempatkan Indonesia di posisi 94 dari 137 negara. Posisi tersebut di bawah Malaysia di urutan 58 dan Thailand di urutan 71 dan kalah dibandingkan Singapura yang bertahta di urutan 27.