Selasa 23 Oct 2018 19:26 WIB

Wiranto: Kasus Pembakaran Bendera Jangan Pecah Belah Bangsa

Wiranto menilai pendapat yang berkembang cenderung mengadu domba.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto (tengah) bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kanan), Jaksa Agung HM Prasetyo (kiri) dan pimpinan terkait memberikan keterangan seusai rakortas tingkat menteri tentang perkembangan situasi bidang polhukam terkini di Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (23/10).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto (tengah) bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kanan), Jaksa Agung HM Prasetyo (kiri) dan pimpinan terkait memberikan keterangan seusai rakortas tingkat menteri tentang perkembangan situasi bidang polhukam terkini di Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (23/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto  tak ingin peristiwa pembakaran bendera dan atribut dengan kalimat tauhid memecah belah bangsa. Saat ini, kata dia, peristiwa tersebut telah berkembang secara luas dengan berbagai pendapat yang cenderung mengadu domba.

"Saat ini peristiwa tersebut telah berkembang secara meluas dengan berbagai pendapat yang cenderung mengadu domba antarormas, bahkan antarumat beragama," ujar Wiranto dalam konferensi persnya di Kantor Kemenko Polhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (23/10).

Pendapat yang cenderung mengadu domba, kata Wiranto, dapat menimbulkan terjadinya pro dan kontra di tengah masyarakat. Hal yang pada akhirnya hanya akan mengusik persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa dan negara.

"Karena itu pemerintah memandang perlu untuk mengambil langkah-Iangkah dalam rangka menjaga stabilitas di masyarakat," kata Wiranto.

Karena itu, hari ini Wiranto menggelar rapat koordinasi terbatas dengan mengundang Kapolri, Jaksa Agung, Kemendagri, Kemenkumham, MUI, dan perwakilan PBNU. Itu dilakukan untuk membedah secara transparan apa yang sesungguhnya terjadi.

Salah satu poin yang didapat dari rapat tersebut adalah MUI telah melakukan pengkajian. Peristiwa itu, kata Wiranto, patut disesalkan. Namun, jangan sampai kemudian menimbulkan perpecahan di antara umat Islam dan persaudaraan bangsa.

"Jangan sampai menimbulkan perpecahan diantara umat Islam yang dapat membahayakan persaudaraan bangsa," terangnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement