REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Bestari Barus meminta kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun lebih banyak fasilitas pengelolaan sampah intermediate treatment facility (ITF) di wilayah DKI Jakarta. Hal itu ditujukan agar DKI tak terus bergantung kepada Bekasi mengenai pengelolaan sampah.
“Kalau dibilang penting ya sangat penting. Makanya kita masa terus-terusan bergantung kepada Bekasi. Sampah kita 7.000 ton tiap hari harus diberikan kepada Bekasi,” ujar Bestari kepada wartawan, Rabu (24/10).
Menurutnya, manfaat dari ITF itu tak hanya untuk menampung sampah. Tetapi juga sebagai penghasil energi. Menurut Bestari, pembangunan ITF itu seharusnya bisa menggunakan dana anggaran dari APBD DKI Jakarta. Dengan anggaran yang tinggi yang dimiliki DKI, maka seharusnya tak hanya satu ITF yang bisa dibangun.
“Saya justru berpikir bahwa, dengan APBD yang segini besar, yang nyaris tidak dapat dibelanjakan secara menyeluruh ini, ini seharusnya ITF ada tiga gitu,” jelas Bestari.
Dia menjelaskan, hal itu untuk mengantisipasi adanya penumpukan sampah di masa depan. Sebab, kapasitas ITF yang akan dibangun itu hanya akan menampung sebanyak 2.000 ton sampah.
Sehingga, menurutnya, dengan kapasitas itu, seharusnya Pemprov dapat lebih banyak lagi membangun ITF lagi. Di samping itu, kata dia, sampah yang ada di DKI Jakarta saat ini telah mencapai 7.000 ton per hari.
“Kalau sudah ada tiga atau empat (ITF), enggak perlu lagi kita memberikan kompensasi kepada Bekasi,” jelas Ketua Fraksi Nasdem di DPRD DKI Jakarta itu.
Soal lahan, kata dia, hal itu merupakan tugas dari Gubernur beserta jajarannya. Dengan demikian, Jakarta pun dinilai dapat menjawab tantangan soal persampahan.
“Masalahnya adalah sanggup enggak? Itu baru prestasi besar Gubernur,” kata Bestari.
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mempertimbangkan mengenai usulan penambahan pembangunan fasilitas pengelolaan sampah ITF. Anies mengakui satu ITF memang tak cukup untuk menampung produksi sampah di Jakarta.
“Iya dong, enggak mungkin satu, enggak cukup,” jelas Anies usai menghadiri Asian Mediation Association Conference di Le Meridien, Jakarta Pusat, Rabu (24/10).
Dia mengatakan, pihak-pihak pemangku kepentingan mengenai pembangunan ITF saat ini sedang melakukan pertemuan untuk membahas pembangunan ITF. Anies mengatakan, tidak ada standar khusus mengenai berapa jumlah ITF dalam satu kota. Dia menyontohkan, di Kota Tokyo sendiri terdapat 21 ITF, Singapura terdapat dua ITF.
Sehingga, setiap kota memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Dia menuturkan, pihaknya tengah membicarakan terkait dengan variasi-variasi dari ITD, dan juga mengenai usulan tempatnya. Menurutnya, biaya untuk pembangunan ITF bukanlah soal jumlah atau nilai rupiahnya.
Dia menekankan, pihaknya juga tengah membangun komunikasi yang baik terkait dengan solusi persampahan dalam jangka pendek. “Hal itu akan dituangkan dalam bentuk kerja sama antarwilayah,” ujar Anies.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Isnawa Aji mengatakan Pemprov DKI Jakarta telah menunjuk dua pihak untuk membangun fasilitas pengelolaan sampah ITF yaitu PT Jakarta Propertindo dan Fortune Finlandia. Menurutnya, pertemuan tersebut terkait dengan pembahasan mengenai kalori sampah yang ada di Jakarta. Fortune Finlandia, kata dia, juga telah sering melakukan rapat dengan Jakarta Propertindo.
Keduanya, kata dia telah membahas berbagai hal, termasuk pengelolaan aset ITF di Sunter. Hal itu pun juga telah dibicarakan dengan Badan Pengelola Aset Daerah (BPAD) DKI Jakarta.
“Jadi sebenarnya semua sudah berjalan semua. Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) juga sedang diproses dikerjakan semua,” kata Isnawa.
Sementara itu, Corporate Secretary Jakarta Propertindo, Hani Sumarno telah berkomunikasi dengan Fortune Finlandia mengenai pembangunan fasilitas pengelolaan sampah ITF di Sunter, Jakarta Utara. Dia menyebut komunikasi itu telah berjalan sejak dua tahun terakhir.
“Setiap harilah (pertemuan dengan Fortune), dari sejak dua tahun. Fortune Finlandia juga sudah di sini (Jakarta) kantornya,” kata Hani, Rabu (24/10).
Dia mengatakan pihaknya belum bisa menyampaikan terkait dengan pembagian kebutuhan pembiayaan untuk pembangunan ITF. Sehingga, masih belum diketahui apakah pembiayaan itu dibebankan seluruhnya kepada Jakpro, ataukah kepada Fortune, atau dibagi dua perusahaan tersebut.
Menurutnya, hal itu masih belum bisa dipublikasikan. Dia meminta kepada wartawan untuk menunggu adanya giant venture company atau perusahaan besar yang akan melakukan pembangunan itu. Hani memperkirakan pambangunan ITF akan memakan biaya sekitar 250 juta dolar AS.