REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Salah satu korban dari pesawat Lion Air nomor register PK-LQP adalah engineer expert untuk pesawat Boeing 737 Max 8. Engineer atau teknisi ini merupakan teknisi Lion Air gelombang pertama yang mendapatkan pelatihan langsung dari produsen pesawat Boeing.
Rabagus Noerwito, sang teknisi tersebut diterbangkan bersama pilot, co-pilot dan lima awak kabin. Keberadaanya menjadi teka-teki tersendiri, apakah karena memang ada kerusakan pesawat sehingga ia diharuskan on board dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Depati Amir.
"Yang on board itu (teknisi yang) sudah expert, dia gelombang pertama yang dilatih Boeing," ujar Plt Direktur Teknik Lion Air Muhammad Rusli saat berbincang dengan Republika.co.id, di kantor Lion Air Flight Operation Engineering and Service (FOES), Neglasari, Kota Tangerang.
Rabagus sengaja on board dari Jakarta menuju Pangkalpinang. Ia menjadi korban ke 189 (sebelumnya ditulis 188, Red) dengan rincian 178 penumpang dewasa, satu orang anak-anak, dua bayi, tujuh orang kru pesawat (pilot dan co-pilot, lima awak kabin) dan satu orang teknisi.
Teknisi yang ditugasi ini menurut Rusli, sengaja on board untuk berjaga-jaga jika ada perbaikan yang diperlukan saat berada di Bandara Depati Amir, Pangkalpinang. Perbaikan tersebut, menurut Rusli adalah perawatan rutin.
Pesawat yang baru, dan dengan rute yang tak semuanya memiliki teknisi yang andal, maka teknisi tersebut sengaja di naikkan ke pesawat. "Sengaja ada teknisi yang kita on board, sebab di Pangkalpinang, kita tak punya teknisi dengan kemampuan untuk Boeing 737 Max 8," lanjut Rusli.