Jumat 02 Nov 2018 00:15 WIB

Soeharto dan Gus Dur tak Masuk Daftar Calon Pahlawan

Ryamizard Ryacudu telah memberikan banyak pertimbangan ke presiden.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/10/2018).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (22/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua mantan Presiden RI yakni Soeharto dan Abdurahman Wahid atau Gus Dur tidak masuk dalam daftar sebagai calon Pahlawan Nasional oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) di Kementerian Sosial.

Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, Ryamizard Ryacudu mengatakan kedua tokoh tersebut sudah berkali-kali diajukan untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional.

"Paling banyak pertanyaan itu Gus Dur dan Soeharto, dua nama itu sudah berkali-kali diajukan tapi tahun ini tidak diajukan oleh tim TP2GP," kata Ryamizard setelah diterima Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (1/11).

Ia mempersilakan untuk menanyakan langsung kepada TP2GP terkait alasan mengapa dua mantan Presiden RI itu tidak diajukan. "Nah itu tanya ke tim TP2GP di Kemsos tahun ini tidak diajukan," katanya.

Baca juga, Kemensos Serahkan 16 Nama Calon Pahlawan Nasional.

Ryamizard mengaku telah memberikan banyak pertimbangan kepada Presiden terkait pemberian gelar pahlawan nasional tahun ini. Namun hal itu tak perlu disampaikan secara terbuka.

Ia menambahkan, diskusi penetapan pahlawan nasional dilakukan dengan banyak perdebatan. "Kita ini diskusi ngotot-ngototan. Kalau dari tim dulu 18 orang lalu jadi 6, tadi kita ciutkan 8, kata Presiden kebanyakan," katanya.

Sebagian besar nama itu berasal dari daerah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement