Senin 05 Nov 2018 15:47 WIB

Pejabat Iran ke Trump: Nasib Anda akan Seperti Saddam

AS mulai memberlakukan sanksi terhadap Iran.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Donald Trump
Foto: REUTERS/Jonathan Ernst
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani, mengatakan, Amerika Serikat (AS) tak akan bisa untuk memaksa rakyat Iran patuh terhadap pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan Paman Sam. Sikap itu disampaikan Ali Larijani terkait sanksi AS ke Iran.

"Hari ini bangsa Iran akan menunjukkan bahwa Trump terlalu kecil untuk bisa membawa Iran bertekuk lutut," kata Larijani, seperti dikutip laman Middle East Monitor, Senin (6/11).

Dia mengandaikan AS seperti Sadam Hussein, Gedung Putih akan berakhir dengan kegagalan dan kekalahan. Larijani menekankan, rakyat Iran mengecam apa yang ia gambarkan sebagai hegemoni Amerika. "Donald Trump bermaksud untuk memerangi rakyat Iran, khususnya anak-anak dan perempuan Iran, tetapi orang-orang--dengan bantuan kepemimpinan mahir dan cerdas Ayatullah Khamenei--akan membuat Trump menyerah seperti halnya Saddam," ujar Larijani menambahkan.

Menurutnya, penangkapan para pekerja Amerika di Teheran pada era revolusi telah menghalangi ketamakan AS. Karena itu, pada 4 November, kata ia, adalah hari perlawanan rakyat Iran terhadap arogansi global. "Hari ini menunjukkan penolakan rakyat Iran terhadap supremasi Amerika," kata dia.

Baca juga, Trump: Iran Sudah Waktunya Berubah.

"AS telah mencampuri urusan internal Iran selama lebih dari 80 tahun, namun negara Iran selalu menjinakkan konspirasi," ujar pejabat Iran itu menegaskan kembali.

Larijani mengatakan, revolusi Islam tiba mengusir Amerika dan para pelayannya. Termasuk penasihat militer dan nonmiliter Amerika bersama dengan keluarga mereka di Iran. "Kebijakan Pemerintah AS telah menyebabkan ejekan komunitas internasional," kata Larijan.

Pada Senin (5/11), AS diketahui akan memberlakukan sanksi baru terhadap Iran. AS akan menerapkan kembali pembatasan untuk sektor minyak dan perbankan dalam upaya mengendalikan kegiatan pengembangan nuklir dan rudal Iran.

Para pemimpin Iran pun telah meremehkan sanksi tersebut, tetapi banyak warga yang tampaknya khawatir.

Dalam sanksi tersebut, AS masih mengizinkan delapan importir untuk tetap membeli minyak Iran untuk sementara. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan keputusan tersebut pada Jumat lalu. Pompeo tidak menyebutkan delapan importir itu, tetapi ia memberikan istilah yurisdiksi kepada delapan importir tersebut.

Setelah meniggalkan kesepakatan nuklir Iran 2015, Trump mencoba melumpuhkan ekonomi Iran yang bergantung pada minyak. Trump memaksa Teheran membatalkan, tidak hanya ambisi nuklir dan program rudal balistiknya, tetapi juga dukungannya untuk militan di Suriah, Yaman, Lebanon, dan negara lainnya di Timur Tengah.

Cina, India, Korea Selatan, Turki, Italia, Uni Emirat Arab, dan Jepang diketahui telah menjadi pengimpor minyak Iran. Sementara, Taiwan sesekali membeli kargo minyak mentah Iran, meski dalam jumlah kecil.

Sementara Uni Eropa, Prancis, Jerman, dan Inggris menyesalkan keputusan Trump yang memberlakukan kembali sanski atas Iran melalui pernyataan bersamanya, Jumat

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement