Sabtu 10 Nov 2018 09:34 WIB

Arab Saudi akan Bayar Kompensasi Kematian Khashoggi

Anak dan tunangan Khashoggi akan diberi uang diya atau kompensasi kematian Khashoggi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Jamal Khashoggi
Foto: Metafora Production via AP
Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sumber di Turki menyatakan Arab Saudi akan membayarkan uang kompensasi kepada keluarga dan tunangan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi. Saudi mengumumkan akan membayar yang disebut diya atau jumlah uang yang dibayarkan berdasarkan hukum Islam sebagai kompensasi atas pembunuhan atau kerusakan fisik.

"Saudi mengatakan kepada kami akan membayarkan anak-anak Khashoggi dan tunangannya Hatice Cengiz uang kompensasi kematian," kata pejabat Turki seperti dikutip laman Middle East Eye, Sabtu (10/11).

Sebelumnya, dalam wawancara bersama CNN pekan lalu, putra Khashoggi meminta agar tubuh ayah mereka dimakamkan di tempat kelahiran ayahnya, di Madinah, Saudi. Anak-anak Khashoggi yakin, Raja Salman bertanggung jawab mengusut kasus kematian ayahnya hingga tuntas dan transparan.

Pembunuhan brutal jurnalis yang kerap kritis terhadap kebijakan Saudi telah mencoreng citra Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Dia dituduh internasional sebagai dalang di balik pembunuhan Khahsoggi.

Pernyataan soal kematian Khashoggi berubah-ubah sejak MBS tertuduh. Hingga pada akhirnya Saudi mengumumkan bahwa pembunuhan memang sudah direncanakan.

Pejabat Turki mengatakan, bukti rekaman suara menunjukkan bahwa kolumnis Washington Post disiksa, dibunuh, kemudian dimutilasi di konsulat Saudi di Istabul, sesaat Khashoggi memasuki konsulat pada 2 Oktober lalu. Baru-baru ini, ajudan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan bahwa jasad jurnalis Khasoggi dilarutkan dalam cairan asam kimia. Informasi itu diungkapkan setelah ditemukannya jejak-jejak zat asam terkait di sebuah sumur di rumah Konsul Jenderal Saudi Mohammed al-Otaibi di Istanbul.

Dilaporkan Aljazirah, para penyelidik Turki berhasil mengambil sampel dari sumur ketika pertama kali diberi akses ke kediaman al-Otaibi bulan lalu, yakni pada malam 16-17 Oktober. Saat itu, tim diberi akses terbatas ke kebun dan sumur di kediaman al-Otaibi.

Beberapa sampel diambil dari batang di area tersebut. Setelah diproses, ternyata ditemukan adanya zat asam florida. Sampel lain, yang diambil dari saluran pembuangan dan sistem drainase di sekitar distrik diplomatik juga menunjukkan penggunaan asam.

Pada 2 November lalu, Yasin Aktay, ajudan Erdogan mengatakan dia yakin jasad Khashoggi telah dilarutkan dalam asam. "Alasan mereka memutilasi tubuh Khashoggi adalah untuk melarutkan jasadnya lebih mudah," katanya.

Beberapa hari setelah pernyataan Aktay, surat kabar Turki, Sabah, melaporkan bahwa Saudi mengirim ahli kimia dan toksikologi ke Istanbul. Misi mereka adalah untuk menutupi atau menghilangkan bukti pembunuhan Khashoggi. Menurut Sabah, para ahli itu datang pada 11 Oktober, yakni sembilan hari setelah Khashoggi dinyatakan hilang.

Sabah menyebut, ahli kimia Ahmad Abdulaziz al-Janobi dan ahli toksikologi Khaled Yahya al-Zahrani termasuk di antara 11 orang yang dikirim Riyadh. Keduanya mengunjungi gedung konsulat setiap hari hingga 17 Oktober. Pada 20 Oktober, mereka meninggalkan Ankara.

Jaksa Saudi pun, menolak mengetahui soal keberadaan jasad Khashoggi. Sebuah sumber lain dari Turki mengatakan pada Selasa, Turki telah memberi pengarahan kepada CIA Gina Haspel dan pejabat Eropa lain soal catatan lengkap kasus Khashoggi. Hal itu dilakukan dalam upaya Amerika dan Eropa menekan Riyadh untuk mengungkapkan secara rinci kasus ini.

"Haspel mengunjungi Turki akhir Oktober dibiarkan dengan keyakinan bahwa pembunuhan itu diperintahkan oleh senior Saudi," kata sumber lain tersebut.

Pada Senin di Dewan Hak Asasi Manusia PBB, para diplomat Barat mengutuk kasus pembunuhan Khashoggi. Duta Besar Inggris untuk PBB, Julian Braithwaite, mendesak Riyadh untuk memastikan penyelidikan yang komprehensif dan transparan atas pembunuhan itu. "Agar mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban dan langkah-langkah yang diambil dipakai untuk mencegah kemungkinan kejadian yang sama," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement