REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jendral Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih menjelaskan, pihaknya telah memastikan pergerakan harga dan kelancaran pasokan dalam rapat koordinasi di Batam, Ahad (11/11). Dalam rakor, turut hadir seluruh dinas yang membidangi perdagangan di seluruh Indonesia.
Dari hasil rakor, Kemendag telah memetakan daerah-daerah mana saja yang kekurangan pasokan. Daerah tersebut akan dipenuhi stoknya dari daerah yang memiliki stok berlebih, sehingga tidak ada alasan harga naik apabila pasokan cukup. "Khususnya menjelang Natal dan tahun baru, ketika permintaan meningkat," tutur Karyanto saat dihubungi Republika.co.id, Senin (12/11).
Karyanto menambahkan, pihaknya kini belum mengetahui terkait kenaikan harga beras medium di pasaran. Untuk mengantisipasi ini, Kemendag akan menugaskan Badan Urusan Logistik (Bulog) agar melakukan operasi pasar guna menambah pasokan hingga normal kembali.
Karyanto belum dapat memastikan kapan dan di mana saja operasi pasar ini akan berlangsung. Akan tetapi, diprediksi, intervensi pemerintah akan dilakukan dalam pekan ini. "Kami sedang menghitung-hitung dulu. Tapi, memang harus segera apabila harga sudah naik," ujarnya.
Untuk Harga Eceran Tertinggi (HET), Karyanto menjelaskan, belum berencana melakukan perubahan. Penetapan HET terbaru ini sudah melalui diskusi dan hitung-hitungan dengan para pelaku usaha, sehingga ketemu angka HET yang tentunya tidak merugikan pelaku usaha dan petani. Apabila ada pikiran atau pemasukan terkait HET, Karyanto berkomitmen untuk melihat bersama-sama.
Seperti dikutip di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), rata-rata harga pangan beras kualitas medium di seluruh provinsi adalah Rp 11.650 per kilogram. Harga ini naik dibanding dengan Jumat (9/11) yang mencapai Rp 11.600 per kilogram. Rata-rata ini lebih tinggi dibandingkan HET beras medium, yakni Rp 9.450 per kilogram.
Dalam situs tersebut, provinsi Sumatera Barat memiliki harga beras tertinggi dibandingkan daerah lain, yaitu mencapai Rp 14.500 per kilogram. Sementara harga beras medium di Kota Bukittinggi mencapai Rp 14.250 per kilogram, Kota Padang mencapai Rp 14.750 per kilogram. Di Jakarta sendiri, harganya sudah menyentuh Rp 11.850 per kilogram, stabil sejak pekan lalu.
Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Beras dan Padi (Perpadi) Sutarto Alimoeso menilai, kenaikan harga beras medium di pasaran disebabkan harga pangan yang juga mengalami peningkatan. Dari data yang didapatkannya, Soetarto menyebutkan, harga gabah kini mencapai Rp 5ribu per kilogram. Saat sudah diolah menjadi beras biasa, harga menjadi Rp 9ribu per kilogram.
Soetarto menjelaskan, beras biasa memiliki kualitas dan harga di bawah beras premium. Oleh karena itu, ketika beras tersebut diolah lagi menjadi beras medium, harganya dapat melebihi HET (Rp 9.450 per kilogram). "Menurut saya, ini penyebab utama beras medium mengalami naik harga belakangan," ucapnya.
Sekretaris Jendral Perpadi Burhanuddin menuturkan, pemerintah kini memang seharusnya fokus terhadap gabah. Sebab, gabah menjadi kunci utama dari naik-turunnya harga beras. Apabila dibiarkan begitu saja, dikhawatirkan harga gabah dapat terus melambung yang tentunya berdampak terhadap harga beras medium di pasaran.
Burhanuddin menambahkan, pemerintah juga harus menaruh fokus terhadap industri penggilingan padi yang menyumbang 94 persen produksi beras secara nasional. Kenaikan harga gabah di tingkat penggilingan menyebabkan produksi berkurang, khususnya di tingkat penggilingan kecil. "Harus ada evaluasi dan kajian lagi agar ini tidak terus terjadi," tuturnya.