Rabu 14 Nov 2018 10:54 WIB

Potensi Pasar Internet of Things di Indonesia Capai Rp 444 T

Kehadiran Palapa Ring diharapkan bisa menyelesaikan persoalan konektivitas Indonesia

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Internet of Things
Internet of Things

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, pangsa pasar Internet of Things (IoT) di Indonesia diperkirakan berkembang pesat dan nilainya bakal mencapai Rp 444 triliun pada tahun 2022. Nilai tersebut disumbang dari konten dan aplikasi sebesar Rp 192,1 triliun, disusul platform Rp 156,8 triliun, perangkat IoT Rp 56 triliun, serta network dan gateway Rp 39,1 triliun.

Menperin menjelaskan, terdapat lima teknologi digital sebagai fundamental dalam penerapan revolusi industri 4.0 di Indonesia, yaitu IoT, artificial intelligence, wearables (augmented reality dan virtual reality), advanced robotics, dan 3D printing. “Jadi, hari ini kita fokus pada internet of everythings. Ini yang harus dikuasai oleh generasi muda kita,” ujarnya.

Airlangga menuturkan, IoT merujuk pada jaringan perangkat fisik, kendaraan, peralatan rumah tangga, dan barang-barang lainnya yang ditanami perangkat elektronik, perangkat lunak, sensor, aktuator, dan konektivitas. "Semuanya memungkinkan untuk terhubung dengan jaringan internet maupun mengumpulkan dan bertukar data," ujarnya dalam rilis yang diterima Republika, Rabu (14/11).

Pada periode yang sama, Airlangga menambahkan, berdasarkan data Indonesia IoT Forum, kemungkinan ada sekitar 400 juta perangkat sensor yang terpasang. Sebesar 16 persen di antaranya terdapat pada industri manufaktur, 15 persen di sektor kesehatan, 11 persen asuransi, 10 persen perbankan dan sekuritas. Sisanya, sektor ritel, grosir, perbaikan komputer masing-masing 8 persen.

Selanjutnya, sekitar 7 persen di pemerintahan, 6 persen transportasi dan 5 persen utilities. Real estate and business services dan agriculture masing-masing 4 persen sementara sisanya 3 persen untuk perumahan dan lain sebagainya.

Saat ini, pemerintah tengah mengembangkan Palapa Ring atau sebuah proyek serat optik sepanjang 36 ribu kilometer di 440 kota di Indonesia. Menurut Airlangga, ini dilakukan demi mendukung tercapainya akses internet berkecepatan tinggi yang merata di tahun 2019.

Dengan selesainya Palapa Ring di 2019, diharapkan permasalahan konektivitas di Indonesia bisa terselesaikan. Dengan begitu, tidak akan ada permasalahan dalam konektivitas IoT baik dengan konektivitas langsung dari end device ke server/cloud atau dari gateway ke server atau cloud.

Airlangga mengatakan, teknologi IoT memang menjadi solusi. Bahkan, pengelola kawasan industri sudah memikirkan untuk segera mengembangkan teknologi ini sebagai pilot plant. "Dan, tentunya ini akan menjadi backbone untuk industri nasional ke depan," katanya.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara menyampaikan, salah satu fokus dalam pengembangan IoT adalah sumber daya manusia (SDM). Kini, pemerintah terus berupaya memfasilitasi dan mengakselerasi peningkatan kualitas SDM guna menyesuaikan dengan dinamika IoT.

Rudiantara menjelaskan, pemerintah membutuhkan keterlibatan dan kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk dari dunia usaha, akademisi dan masyarakat. Sebab, tantangan yang dihadapi beberapa tahun mendatang terkait IoT sangat beragam. "Hal ini membutuhka. kualitas sumber daya manusia yang mumpuni dan keahlian baru secara berkelanjutan," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement