REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Khusus (Timsus) Polda Metro Jaya dan Polres Bekasi akhirnya berhasil mengamankan terduga pelaku pembunuhan satu keluarga di Bekasi, Jawa Barat, Haris Simamora (HS). Pelaku diamankan di kawasan pendakian Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat, Kamis (15/11).
Satu keluarga yang terdiri atas pasangan suami istri, yakni Diperum Nainggolan (38), Maya Boru Ambarita (37), serta dua anaknya, Sarah Boru Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7), ditemukan meninggal dunia. Para korban tergeletak di rumahnya, Jalan Bojong Nangka RT 2 RW 7 Pondok Melati Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/11) pagi.
Karopenmas Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo menerangkan, polisi menggeledah kos-kosan di daerah Cikarang tak lama setelah mendapatkan informasi terkait pembunuhan yang dilakukan HS. Diduga, kos-kosan tersebut merupakan tempat persembunyian pelaku pascamelakukan aksi pembunuhan.
Dari kos-kosan tersebut, lanjut Dedi, polisi menemukan barang bukti berupa celana hitam milik terduga pelaku, HS. Diduga celana itu yang digunakan HS saat melakukan aksi sadisnya.
“Pada celana hitam tersebut ditemukan noda darah,” kata Dedi, Kamis (15/11) malam.
Diketahui, HS langsung kabur menggunakan mobil Nissan X-Trail milik korban. Pelaku membawa mobil tersebut pada malam sesudah dia melakukan aksi keji membunuh empat orang di dalam rumah tersebut.
Pada Rabu (14/11) polisi menemukan mobil yang diduga digunakan pelaku di kos-kosan di daerah Cikarang, Jawa Barat. Selain celana terduga pelaku, polisi juga menemukan noda darah pada mobil yang digunakan pelaku untuk kabur. Darah ditemukan di pegangan pintu mobil, karpet mobil, pedal gas, bawah setir, dan sabuk pengaman mobil.
Pada Rabu malam sekitar pukul 22.00 WIB, Tim Gabungan Ditreskrimum Polda Metro Jaya mendapatkan informasi bahwa pelaku berada di Kabupaten Garut dan kepolisian pun langsung menemukan serta melakukan penangkapan terhadap pelaku. Selanjutnya, pelaku dibawa ke Polda Metro Jaya.
Pembunuhan satu keluarga di kawasan Jati Rahayu Pondok Melati Bekasi, Selasa (13/11).
Baca juga
- Ini Kronologi Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi
- HS Bunuh Satu Keluarga Seorang Diri
- Terduga Pelaku Pembunuhan Ditangkap di Gunung Guntur
Anjing yang tak menyalak
Peristiwa pembunuhan keluarga Diperum sempat memunculkan keanehan. Sebab, berdasarkan pengakuan warga setempat, tak ada keributan atau tanda-tanda peristiwa pembunuhan, meski rumah korban tepat berada di sisi jalan.
“Saya pulang kerja jam sembilan malam. Mulai tidur sekitar jam 10 malam. Sepanjang malam tidak ada suara berisik. Tiba-tiba, pas pagi orang sudah ramai ada pembunuhan,” kata penghuni indekos yang dikelola korban, Fathoni (24 tahun), Rabu (14/11).
Diperum Nainggolan bersama istrinya, Maya Boru Ambarita, memang tengah mengelola sebuah usaha rumah indekos yang merupakan milik Kakak Diperum bernama Douglas. Selain itu, Diperum pun sedang menjalankan usaha warung sembako ‘Sanjaya’.
Fatoni yang tinggal di kamar lantai satu mengaku baru tinggal ditempat itu selama delapan bulan. Ia menjelaskan, tak begitu kenal dengan Diperum.
Tiap kali bertemu hanya di warung jika Fatoni mau membeli air atau pulsa. Saat Fatoni pulang ke kos pada Senin malam, ia pun melihat rumah Diperum sepi-sepi saja, tanpa seorang tamu, dan warung masih dibuka.
“Gonggongan anjing milik Pak Diperum juga tidak terdengar. Biasanya, siapa pun yang masuk, termasuk penghuni kos pasti digonggong,” tutur dia.
Seekor anjing berwarna cokelat milik korban pembunuhan sekeluarga di Bekasi memang menarik perhatian. Menurut kesaksian tetangga, anjing tersebut tidak menyalak atau menggonggong pada saat pembunuhan berlangsung.
Menurut drh. Rachmadika Prihandanu Yuanizar dari Klinik Hewan drh. Rajanti and Friends, anjing cenderung tidak menggonggong dalam keadaan tertentu. Ia mencontohkan, seekor anjing tidak menggonggong saat merasa nyaman dengan pemilik atau bersama orang lain yang telah berinteraksi secara berkala. Selain itu, sifat dasar dan jenis masing-masing anjing juga berpengaruh.
"Kalau (anjing) tidak menggonggong bisa karena sifatnya yang tidak galak, dia ramah sama semua orang, kenal orang dan pemilik, merasa aman dan nyaman," kata dia kepada Republika, Kamis (15/11).
Namun, lanjutnya, seekor anjing yang dipelihara oleh satu pihak cenderung menggonggong ketika melihat orang asing. Hal itu disebabkan anjing itu tidak mengenal aroma dan penampilan dari orang yang baru pertama kali dilihat.
"Terutama dari bau, karena penciuman anjing kuat," ujarnya.
Di satu sisi, seekor anjing dapat merasa nyaman dengan orang asing jika sering berinteraksi. Ia menyampaikan, seekor anjing perlu mengenal seseorang dengan sentuhan bukan hanya dengan melihat.
"Bukan hanya bertemu, tapi didekati, dipegang, diperlakukan baik," ungkapnya.
Belakangan, diketahui, HS masih saudara dari keluarga Diperum Nainggolan. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Argo Yuwono mengungkapkan, HS adalah saudara dari sang istri Diperum.
"(HS) masih keluarga, saudara dengan korban yang perempuan," kata Argo, Kamis (15/11).
Argo mengatakan, pemuda berusia 30 tahun itu pernah bekerja pada perusahaan di kawasan Cikarang Kabupaten, Bekasi, Jawa Barat, namun keluar dan menganggur selama tiga bulan. Argo belum memastikan status hukum HS karena masih menunggu tim Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri memeriksa ceceran darah korban.
Teka-teki motif pembunuhan keluarga Diperum Nainggolan pun sudah terungkap. Berdasarkan pengakuannya, HS nekat menghabisi para korban karena kesal sering dimarahi.
“Motifnya dia sering dimarahi. Sudah itu saja,” ujar Argo.
Polisi melakukan penyisiran dengan anjing pelacak di sekitar lokasi perisitiwa pembunuhan satu keluarga di kawasan Jatirahayu, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/11/2018). Dalam peristiwa tersebut satu keluarga yang terdiri atas empat orang tewas dengan luka di tubuhnya, motif penyebab masih dalam penyelidikan pihak berwenang.