REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berjuluk sebagai "the silent leader", Andrea Pirlo tampil sebagai anutan bagi setiap pemain muda baik dari sisi kemampuan mengolah dan mendistribusikan bola maupun dari sisi kepribadian sebagai sosok pemain.
Pirlo juga dikenal sebagai pribadi yang rendah hati. Dia cenderung menghindari tampil di televisi, bahkan tidak punya akun Facebook atau website dan tidak ikut trend Twitter.
Meskipun memiliki karakter "dingin", Pirlo tampak tidak asal mengobral senyum. Ia tampil sebagai pemain jangkar di era sepak bola modern.
Banyak pelatih mengomentari peran Pirlo sebagai pemutus arus serangan lawan. Perannya disebut-sebut sama dengan gelandang bertahan Milan, Mar van Bommel.
Peran Pirlo bersama Juventus di musim pertama tidak perlu dipertanyakan lagi. Juve mampu finis sebagai Juara di Serie A-jauh dari prestasi dua musim lalu yang hanya berada di peringkat ketujuh.
Disebut-sebut oleh mantan pelatih Juventus Marcello Lippi sebagai "silent leader", Pirlo mampu melepaskan umpan secara cermat.
Ia bahkan mampu berlari menembus lini pertahanan lawan. Ia juga mampu mengambil tendangan bola-bola mati.
Italia kehilangan perannya di Piala Dunia 2010, lantaran dia mengalami cedera betis. Ia absen saat laga pembukaan penyisihan grup. Prandelli menyambut baik kedatangan Pirlo.
Dibesarkan di Brescia, Pirlo pindah ke Inter Milan saat masih remaja tetapi tidak mendapatkan tempat di dalam tim. Ia dipinjamkan ke Reggina dan akhirnya kembali ke Brescia.
Posisi gelandang serang, meski ia mengembangkan perannya untuk bermain lebih ke dalam di Brescia. Ia berkolaborasi bersama dengan Roberto Baggio.
Setelah bergabung bersama Milan pada 2001, dia berlaku sebagai playmaker di bawah asuhan pelatih Carlo Ancelotti.
Berkembang menjadi pemain top kelas dunia, dia menggondol dua gelar Liga Champions, dua Scudetto Serie A dan dinominasikan menjadi Pemain Terbaik Dunia. Ia akhirnya dikalahkan oleh rekan setimnya sendiri, Kaka.
Dia juga sebagai salah satu pemain kunci timnas Italia saat merebut Piala Dunia 2006.
Pirlo tidak mencetak banyak gol, tapi ia mencetak sembilan gol dalam 82 penampilannya bersama Italia. Di luar lapangan, Pirlo terus berusaha menjadi diri sendiri.
Ketika meladeni pertanyaan wartawan, ia jarang melontarkan senyum karena dilandasi pertimbangan bahwa menjadi diri sendiri perlu menjaga keajegan dan keutuhan diri. "Aku membatasi diriku hanya berada di ruang ganti dan di lapangan, sampai sebatas itu saja," katanya.