Sabtu 24 Nov 2018 02:16 WIB

Nelayan: Banyak Sampah di Lautan Dikira Makanan oleh Ikan

Nelayan Muara Angke ikut merasakan dampak buruk sampah plastik di lautan.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Muhammad Lasri (73) saat mencari sampah plastik untuk dijual kembali di Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (22/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Muhammad Lasri (73) saat mencari sampah plastik untuk dijual kembali di Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (22/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Banyaknya sampah di laut dikeluhkan oleh nelayan. Di Muara Angke, Jakarta Utara, misalnya, beberapa nelayan mengeluhkan keberadaan sampah platik yang semakin meningkat jumlahnya.

Mulyadi, salah seorang yang tumbuh besar di lingkungan para nelayan di Muara Angke mengisahkan, keberadaan sampah plastik membuat dirinya sulit mencari ikan. Meski begitu, sampah plastik bukan satu-satunya masalah bagi nelayan di Muara Angke.

"Sampah hanya pengaruh untuk nelayan di pinggir," kata pria yang akrab disapa Della itu, Jumat (23/11).

Sementara, ia melanjutkan, nalayan di Muara Angke tak bisa lagi mencari ikan di pinggir laut. Pasalnya, kegiatan reklamasi yang merusak alam membuat ikan tak lagi datang.

Ia mengatakan, yang tadinya ikan kembang biak di pinggir, adanya proyek reklamasi membuat ikan kabur. "Karena ada proyek habitat ikan terganggu. Tidak nyaman lagi untuk reproduksi di pinggir," kata pria yang juga merupakan pedagang dan penyalur ikan ke pasar dan pengasinan itu.

Menurut dia, saat ini nelayan di Muara Angke hanya mencari ikan di tengah laut. Meski begitu, jika sampah semakin banyak, habitat ikan juga pasti terganggu. Akibatnya, tangkapan semakin sedikit.

Apalagi, ia menambahkan, sampah bukan satu-satunya penyebab tangkapan ikan berkurang. Lebih dari itu, faktor air yang tercemar dan faktor alam juga ikut mendominasi.

"Bukan hanya disebabkan sampah semata," ujar pria berusia 40 tahun itu.

Namun, Della mengatakan, kasus itu hanya berlaku untuk nelayan di Muara Angke. Jika di wilayah lain yang tak terdampak reklamasi, kata dia, sampah tentu menjadi musuh utama nelayan.

Ia mengakui, sampah dalam jumlah kecil menjadi tempat bermain ikan. Namun, dalam jumlah besar justru akan berbahaya bagi ekosistem. Pasalnya, ikan akan mengira sampah itu sebagai makanan. Karena itu, tak heran jika ada ikan yang isi perutnya terdapat banyak sampah karena semakin bertambahnya jumlah sampah di laut.

"Karena habitat alam sudah rusak, melihat banyak sampah justru ikan mengira ada sisa makanan buat mereka. Itu logikanya," kata dia yang memilih pensiun melaut dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagai pedagang yang biasa membeli ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke, Della memang tak langsung terdampak dari banyaknya sampah di laut. Pasalnya, kualitas ikan semakin lama semakin berkurang karena habitat yang rusak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement