Ahad 25 Nov 2018 08:42 WIB

Serangan Gas Beracun Terbaru di Suriah Lukai Puluhan Sipil

Setidaknya 50 warga sipil mendapat perawatan menyusul serangan gas beracun di Aleppo.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Kehancuran di Aleppo, Suriah.
Foto: AP Photo/Aleppo Media Center AMC
Kehancuran di Aleppo, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Setidaknya 50 warga sipil harus menerima perawatan menyusul serangan gas beracun yang dilakukan oleh kelompok militan di kota Aleppo.

Sebagian besar dari korban mengalami masalah pernapasan dan penglihatan. Seorang dokter mengatakan dua orang berada dalam kondisi kritis, termasuk seorang anak.

"Ada bau gas di kota Aleppo setelah proyektil ditembakkan, kata Rami Abdurrahman, kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris.

Para komandan militan dan tokoh-tokoh oposisi membantah laporan pemerintah. Mereka menyangkal telah melemparkan gas ke Aleppo. Para militan menuduh Damaskus berusaha melemahkan gencatan senjata untuk memulai pembicaraan politik. Sebelumnya pada Sabtu, serangan pemerintah di provinsi Idlib menewaskan sedikitnya tujuh warga sipil. Idlib merupakan wilayah yang masih dikuasai militan.

Di kota Aleppo, gubernur lokal Hussein Diab mengunjungi korban luka di rumah sakit. Dia mengatakan kepada media pemerintah bahwa 41 orang telah menerima perawatan. Ia menuduh militan menggunakan gas beracun di rudal yang dilempar ke  Aleppo.

Pejabat kesehatan Haj Taha kemudian mengatakan jumlah korban luka hingga 50 orang. Ia menambahkan bahwa dari gejala yang dialami korban, gas tersebut merupakan klorin. "Namun tes lebih lanjut tetap diperlukan," katanya.

Pejabat kepolisian  Aleppo Essam al-Shali mengatakan kepada media negara bahwa serangan militan terjadi di lingkungan al-Khalidiya. Tiupan angin menyebabkan gas menyebar. Ia mengatakan bahwa gas tersebut mempengaruhi dua wilayah lain di kota itu. "Tidak ada kematian," kata al-Shali.

Seorang pasien mengatakan bau busuk langsung menyebar setelah proyektil ditembakkan. "Sering ada misil di kota tapi ini adalah pertama kalinya kami mencium bau seperti itu," kata pasien itu

Media pemerintah mengatakan pasukan Suriah telah melakukan pembalasan terkait serangan itu. Gencatan senjata di Aleppo dan Idlib terganggu dalam beberapa hari terakhir. Aleppo mengalami serangan militan dalam beberapa pekan terakhir. Pemerintah menanggapi dengan serangan balasan di daerah yang dikuasai militan di pedesaan Aleppo.

Komandan militan Abdel-Salam Abdel-Razek mengatakan oposisi tidak memiliki senjata kimia atau sarana untuk mengujinya. Di Twitter, ia menuduh pemerintah melancarkan serangan itu untuk menyudutkan para militan.

Juru bicara militan Musafa Sejari mengatakan pemerintah berusaha merusak kesepakatan gencatan senjata. Dengan tidak adanya badan pengawas independen, sulit untuk menguatkan klaim serangan gas itu. Namun kedua belah pihak saling menuduh  penggunaan gas beracun selama perang.

Tim gabungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (UN-OPCW) menuduh pemerintah Suriah menggunakan gas klorin dalam setidaknya dua serangan pada  2014 dan 2015. Gas sarin juga digunakan dalam serangan April 2017 di kota Khan Sheikhoun yang menewaskan sekitar 100 orang. AS meluncurkan serangkaian serangan di situs pemerintah Suriah sebagai pembalasan atas serangan di Khan Sheikhoun.

Tim UN-OPCW juga menuduh kelompok ISIS menggunakan gas mustard pada 2015 dan 2016. Pemerintah menuduh militan menggunakan gas dalam serangan 2013 terhadap Khan al-Assal, sebuah desa di barat daya kota Aleppo, yang menewaskan 25 orang.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement