REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa dan Inggris akan terap menjadi mitra setelah Negeri Ratu Elizabeth memutuskan hengkang dari perhimpunan negara-negara Eropa atau dikenal dengan istilah British Exit (Brexit). Hal itu disampaikan kepala negosiator Brexit Uni Eropa Michel Barnier.
"Uni Eropa dan Inggris akan tetap menjadi mitra dan teman," kata Barnier di Brussels, Belgia, pada Ahad (25/11), dikutip laman Sputnik.
Ia mengatakan proses pencapaian kesepakatan Brexit terbilang cukup sulit. "Selama negosiasi luar biasa ini, sangat sulit kami telah bekerja untuk mencapai kesepakatan. Itu berarti menata secara teratur penarikan yang diputuskan Inggris," ujarnya.
Menurutnya, sekarang adalah saatnya bagi semua pihak mengambil tanggung jawabnya masing-masing. Kepala negara 27 anggota Uni Eropa bertemu di Brussels pada Ahad untuk memberikan suara terhadap rancangan kesepakatan Brexit dan dokumen lainnya terkait hengkangnya Inggris dari Uni Eropa.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengaku masih menyesalkan keputusan Inggris mundur dari Uni Eropa. "Saya pikir kehilangan Kerajaan Inggris adalah berita buruk, saya selalu berpikir demikian," katanya.
"Saya pikir kita sekarang memiliki perjanjian yang membatasi kerusakan bagi Inggris dan Uni Eropa. Apa yang kami temukan adalah paket (kesepakatan) yang dapat diterima, namun itu tetap menjadi berita buruk, tapi paket seimbang untuk kedua belah pihak," ujar Rutte.
Ia mengaku tidak berharap tidak ada suara. "Saya pikir akan ada suara 'ya', tapi lebih umum. Saya pikir ini adalah maksimum yang dapat kita lakukan, baik (Perdana Menteri Inggris) Theresa May dan pemerintahannya serta Uni Eropa," ucapnya.
"Tidak ada pemenang di sini hari ini, tidak ada yang menang, kita semua kalah, tapi mengingat konteksnya, itu bisa diterima," ujar Rutte.
Draf Brexit setebal 585 halaman berhasil disepakati Inggris dan Uni Eropa pada 15 November lalu. Kesepakatan tercapai setelah memakan waktu lebih dari 18 bulan negosiasi. Dalam draf itu dipaparkan persyaratan yang harus dipenuhi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa.
Kemudian pada Kamis (21/11), Inggris dan Uni Eropa juga telah menyepakati draf yang mengatur tentang hubungan masa depan kedua belah pihak pasca-Brexit. Draf itu dikenal dengan istilah "deklarasi politik".