Senin 26 Nov 2018 12:54 WIB

Rusia Tembaki Kapal Ukraina

Presiden Ukraina berlakukan status darurat militer.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Kapal perang Rusia.
Foto: pravda,ru
Kapal perang Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina memberlakukan darurat militer setelah pasukan Rusia menembak dan menangkap tiga kapal angkatan lautnya di Laut Hitam. Bentrokan ini mengakibatkan enam awak kapal Ukraina terluka.

Dalam pertemuan para komandan militer bersama presiden yang disiarankan di televisi Ukraina disebutkan, Rusia menahan 23 awak kapal dan enam di antaranya terluka. Dua dari enam orang tersebut terluka parah.

"Kemungkinan besar Rusia berencana untuk melakukan tindakan agresif lebih lanjut baik di lautan maupun di daratan," kata Menteri Luar Negeri Ukraina, Pavlo Klimkin seperti dilansir dari the Guardian Senin (26/11).

Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan darurat militer ini tidak berarti sebagai pernyataan perang tapi hanya bertujuan untuk pertahanan.

Duta Amerika Serikat (AS) untuk PBB Nikki Haley mengatakan sesuai permintaan Ukraina, Dewan Keamanan PBB akan melakukan rapat mendadak untuk membahas peristiwa ini. Ketegangan antara Rusia dan Ukraina terjadi di Selat Kerch yang menghubungan Laut Azov dengan Laut Hitam.

Rusia membangun jembatan senilai 3,69 miliar dolar AS di selat tersebut setelah mereka mencaplok Krimea. Jembatan ini untuk menghubungan Rusia dengan semananjung tersebut. Presiden Rusia Vladimir Putin sudah meresmikan jembatan itu pada Mei lalu.

Badan Intelijen Rusia (FSB) mengatakan, ada tiga kapal angkatan laut Ukraina yang ditangkap. Mereka menggunakan senjata untuk menghentikan tiga kapal tersebut. Menurut Rusia ketiga kapal Ukraina itu memasuki wilayah mereka secara ilegal.

Klimkin mengatakan Ukraina harus bersiap menghadapi agresi Rusia setealah Poroshenko menetapkan darurat militer. Kabarnya Rusia sudah memperingatkan tiga kapal angkatan laut Ukraina tersebut yang melewati batas di selat Kerch.

Menurut FSB tiga awak kapal Ukraina terluka tapi tidak ada yang mengancam nyawa.

Rusia mengatakan ketiga kapal tersebut melakukan 'tindakan provokatif'.

Menurut Rusia 'tujuan' dari tiga kapal tersebut juga sudah jelas yakni membuat situasi konflik di wilayah itu.

Tapi Ukraina mengatakan, mereka sudah memberitahu Rusia terlebih dahulu tentang rute-rute kapalnya. Ukraina mengatakan kapal-kapal mereka harus melalui Selat Kerch untuk bisa mencapai Laut Azov.

Baca juga, Rusia Kerahkan Kapal Perang ke Laut Tengah.

Poroshenko memberlakukan darurat militer ini empat bulan sebelum pemilihan presiden di mulai. Diprediksi Poroshenko akan kalah dalam pemilihan tersebut. Jika darurat militer diberlakukan maka pemilihan presiden harus ditunda. 

Ukraina tidak pernah lagi memberlakukan darurat militer setelah Rusia melakukan aneksasi atas Krimea pada 2014 lalu atau saat perang di sebelah timur Ukraina melawan pasukan pemberontak yang didukung Rusia.

Juru bicara bidang keamanan dan luar negeri Uni Eropa Maja Kocijančič sudah mengeluarkan laporan mengenai hal ini. Ia juga mengatakan ketegangan antara kedua negara ini sangat berbahaya.  "Ketegangan di Laut Azov dan selat Kerch yang meningkat hari ini sangat berbahaya," kata Kocijančič.

Kocijančič juga sudah meminta kedua belah pihak untuk menahan diri. Ia juga meminta Rusia dan Ukraina untuk tidak memperbesar situasi ini. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement