Selasa 04 Dec 2018 14:42 WIB

31 Pekerja Dibantai, Ini Nasib Proyek Trans-Papua

Basuki belum bisa memastikan berapa lama penghentian pembangunan tersebut.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono menjelaskan mengenai pembangunan rusun di Pondok Pesantren Al Falah, Madiun, Jawa Timur, Selasa (29/5).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuldjono menjelaskan mengenai pembangunan rusun di Pondok Pesantren Al Falah, Madiun, Jawa Timur, Selasa (29/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memutuskan untuk menghentikan proyek pembangunan jembatan yang tengah dilakukan PT Istaka Karya. Penghentian sementara dilakukan menyusul peristiwa tewasnya puluhan pekerja proyek pembangunan Trans-Papua di segmen lima.

"Untuk sementara, yang ditunda di segmen lima di Trans-Papua. Hanya di ruas ini saja, yang lain semua tetap jalan," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono di Jakarta, Selasa (4/12).

Basuki mengungkapkan, segmen lima merupakan bagian dari keseluruhan pembangunan Trans-Papua. Menurut Basuki, penghentian dilakukan menyusul peristiwa yang terjadi di kilometer 278. Di sana, PT Istaka Karya sedang mendapat pekerjaan untuk membangun 14 jembatan.

Meski demikian, Basuki belum bisa memastikan berapa lama penghentian sementara itu akan dilakukan. Menurutnya, pekerjaan akan kembali dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari panglima daerah militer (pangdam) dan kepolisian sebagai penanggung jawab aparat keamanan di lokasi tersebut.

Basuki memastikan jika penghentian sementara di segmen lima ini tidak akan mengganggu pembangunan proyek Trans-Papua. Lagi pula, dia mengatakan, pembangunan yang dilakukan PT Istaka Karya di segmen tersebut hingga saat ini telah mencapai 72 persen. "Karena ini force majeur maka saya kira kalau ada penundaan penyelesaian merupakan hal yang wajar," katanya.

Sebagai informasi, PT Istaka Karya mendapat pekerjaan untuk membangun 14 jembatan dari total 35 jembatan yang harus didirikan di segmen lima tersebut. Sementara, 21 sisanya dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya.

Basuki mengatakan, pengerjaan 21 jembatan oleh PT Brantas sudah dihentikan menyusul kerawanan daerah, berbeda dengan 14 jembatan yang didirikan PT Istaka Karya yang cenderung kondusif. "Jadi, kami merasa terkejut dan sangat menyesalkan kejadian ini karena sebenarnya warga juga telah menantikan proyek ini," katanya.

Baca juga, Polisi: 31 Pekerja Diduga Dibunuh KKB di Papua.

Sebelumnya, Manajer Proyek jembatan Habema-Mugi bernama Cahyo mendapat telepon dari nomor yang biasa dipegang oleh Jhoni, koordinator lapangan pembangunan jembatan, pada Sabtu (1/12) malam.

Jhoni diketahui sedang melaksanakan pembangunan jembatan di Kali Aurak-Yigi, Nduga. Sementara, seorang pegawai Bina Marga bernama Monang Tobing melakukan komunikasi SMS dengan Jhoni pada 30 November 2018.

Diduga, penelepon Cahyo tersebut adalah kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang menculik para pekerja. Sebanyak 31 pekerja Proyek Istaka Karya yang sedang membangun jembatan di Kali Yigi dan Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, tewas. Mereka diduga dibunuh KKB pada Ahad (2/12).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement