REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mitra Kukar FC bak jatuh tertimpa tangga. Kalah 1-2 dari Persija Jakarta pada pekan final Liga 1 2018, Ahad (9/12), memastikan skuat berjuluk Si Naga Mekes itu terdegradasi ke Liga 2 musim depan.
Hasil negatif dari Gelora Bung Karno (GBK), membuat skuat asuhan pelatih Rahmad Darmawan mengakhiri kompetisi kasta utama nasional, di peringkat ke-17 dengan nilai 39. Mitra Kukar bersama dua tim lainnya dipastikan terusir ke Liga 2 bersama PSMS Medan, dan Sriwijaya FC.
Rahmad Darmawan, usai laga di GBK Jakarta mengatakan, kegagalan timnya bertahan di Liga 1 bukan karena kesalahan para pemain. Pelatih 52 tahun itu, mengambil tanggung jawab sebagai juru taktik yang harus disalahkan atas nasib buntung Mitra Kukar musim ini.
“Saya sampaikan kepada semua pemain (Mitra Kukar), ini bukan salah kalian. Ini kesalahan saya sebagai pelatih,” kata dia di GBK Jakarta, Ahad (9/12).
Akan tetapi, menengok perjalanan Mitra Kukar di awal musim Liga 1 2018, memang sudah terseok-seok. Sempat menargetkan tembus ke posisi tiga besar Liga 1 setelah ikat kontrak dengan pelatih asal Spanyol, Rafael Berges.
Namun, tim asal Kalimantan Timur (Kaltim) itu tetap tak mampu berada di papan atas. Saat pertengahan musim, manajemen Mitra Kukar memecat Berges. Menariknya, eksodus para pemain dan ofisial Sriwijaya pada awal paruh kedua musim Liga 1, membawa Rahmad Darmawan ke Tenggarong.
Rahmad Darmawan, sebelum bergabung bersama Mitra Kukar menggantikan Berges, tak lain adalah pelatih Sriwijaya FC. Rahmad Darmawan, sempat membawa Laskar Wong Kito menembus papan atas klasemen awal Liga 1.
Tetapi, gejolak keuangan di internal klub asal Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel) tersebut, membuatnya memilih hengkang. Namun, upaya Rahmad Darmawan mempertahankan reputasi sebagai salah satu pelatih top di Liga Indonesia, pun kandas setelah menengok posisi terakhir Mitra Kukar di klasemen final Liga 1 2018.