Senin 10 Dec 2018 05:06 WIB

Persija Juara: Ujian Berat Teco Melawan Isu Liga Setting-an

Persija Jakarta menjadi juara Liga 1 musim 2018.

Pemain Persija Jakarta berselebrasi usai keluar sebagai juara Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (9/12/2018).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pemain Persija Jakarta berselebrasi usai keluar sebagai juara Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (9/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bambang Noroyono

Keberhasilan Persija Jakarta menjadi juara Liga 1 2018 tak lepas dari peran pelatih Stefano Cugurra Teco. Pelatih muda 44 tahun asal Rio de Janeiro, Brasil tersebut mengantarkan tim Macan Kemayoran ke podium utama kompetisi sepak bola tertinggi di Tanah Air setelah 17 tahun tak pernah berhasil merebut mahkota juara Liga Indonesia.

Teco hanya butuh waktu dua musim mengantarkan Persija menjadi kampiun. Musim pertamanya di Persija, saat Liga 1 2017, Teco cuma berhasil mengantarkan Macan Kemayoran ke tangga keempat. Posisi yang sebetulnya positif mengingat skuat Ibu Kota merupakan tim pertama Teco sebagai pelatih kepala di Indonesia. Akan tetapi, cemooh untuknya, sempat mendesak manajemen Persija agar mendepaknya.

Namun manajemen berkata lain. Persija mempertahankan mantan pelatih fisik Persebaya Surabaya 2003 tersebut. Hasilnya pun berhasil membawa Ismed Sofyan dan kawan-kawan ke jalur yang positif.

Sejumlah perubahan komposisi pemain Persija, ia lakukan. Termasuk saat manajemen setuju mendatangkan bomber asal Kroasia, Marko Simic, Desember 2017. Pada awal musim 2018, Teco berhasil memberikan gelar Piala Presiden 2018, gelar pramusim Liga 1.

Sepanjang Liga 1 2018, pun Teco menghadapi situasi yang tak mudah. Selama Liga 1, Persija tak punya markas kandang. Persija banyak menghabiskan laga kandang bak laga usiran dengan menyewa empat stadion.

Beberapa laga di stadion Patriot Candrabhaga, dan Wibawa Mukti, Bekasi. Bahkan di awal Liga 1, Persija melakoni laga kandang di stadion Sultan Agung, Yogyakarta, dan Manahan, Solo. Persija, hanya diperkenankan menyewa Gelora Bung Karno (GBK) saat mengikuti gelaran Piala AFC 2018.

Sayang selama di Piala AFC, Teco gagal membawa Persija ke final zona ASEAN. Tetapi kegagalan tersebut, terbayar dengan keberhasilan Persija menjuarai Liga 1.

Predikat juara tersebut setelah Persija mengalahkan Mitra Kukar dengan skor 2-1 saat laga pekan final Liga 1 di GBK Jakarta. Kemenangan tersebut, membuat Macan Kemayoran mengklaim sebagai penguasa klasemen akhir dengan nilai 62. Selisih satu angka dari PSM Makassar di tangga kedua dengan nilai 61.

Persija mencatatkan 18 kemenangan dari 34 laga. Di laga lainnya, Persija meraih delapan kali hasil imbang dan delapan kali kalah.

“Saya bersama pemain dan tim, melewati banyak ujian. Dengan tidak punya lapangan (lokasi kandang) selama kompetisi. Dan jadwal pertandingan yang melelahkan di awal-awal kompetisi. Tetapi kami kerja keras. Pemain kerja keras dan sekarang kami mendapatkan hasilnya,” kata Teco usai laga di GBK Jakarta, Ahad (9/12).

Ujian kata Teco, bukan cuma itu. Ragam tuduhan dan peremehan terhadap timnya, pun bermunculan. Mulai dari anggapan timnya merupakan anak emas federasi yang selalu dimenangkan.

Juga anggapan dari tim-tim rival yang menganggap Persija, bersekongkol dengan PSSI dan LIB agar menunda sejumlah pertandingan krusial. Teco mengungkapkan salah satu tuduhan yang dialamatkan timnya itu saat laga tunda menjamu Persib Bandung di akhir paruh pertama Liga 1.

Teco mengatakan, saat itu pelatih Maung Bandung, Mario Gomez sesumbar mengklaim juara Liga 1 2018. Bahkan menuduh Persija tak berani bermain di GBK Jakarta dengan bersekongkol agar laga di ibu kota ditunda. Tetapi Teco menjawab tuduhan tersebut kali ini.

“Sekarang kita melihat kami bermain di GBK, dan kita lihat siapa yang sekarang juara,” ujar Teco. Ia pun menegaskan, gelar juara yang diraih Persija kali ini, bukan seperti tuduhan negatif terhadap klubnya.

Buktinya, Persija menjadi tim yang berhasil mencatatkan kemenangan terbanyak dari 17 kesebelasan peserta Liga 1 lainnya. “Liga Indonesia ini, sebenarnya sangat bagus untuk kita. Sangat kompetitif,” ujar dia.

Akan tetapi, menurut dia, komentar negatif banyak orang yang membuat Liga Indonesia seperti gelaran yang bisa diperjualbelikan. “Saya sangat respect dengan semua tim dan pelatih. Karena itu kita harus menghormati hasil semua pertandingan. Waktu kita kalah, kita harus menerima itu,” sambung Teco.

Di luar GBK seusai laga Persija vs Mitra Kukar, sejumlah suporter tim sepak bola Persija atau Jakmania menyalakan cerawat (flare) merayakan kemenangan dan gelar juara Liga 1. Saat peluit panjang tanda pertandingan berakhir ditiup wasit, Jakmania bersorak sorai serta mengibarkan bendera dan berbagai atribut tim berjuluk Macan Kemayoran itu.

Selepas pertandingan mereka terus menyanyikan chant tanpa henti. Suara knalpot saling bersauatan, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa meluapkan kegembiraannnya.

"Champione...champione...champione," teriak ribuan The Jakmania yang memadati kawasan SUGBK hingga Jalan Tentara Pelajar," Jakarta Pusat, Ahad (9/12).

Mereka seolah-olah enggan melewati momen bersejarah begitu saja. Mereka terus menari dan bernyanyi, diiringi letupan kembang api dan kepulan asap cerawat dan tidak memedulikan isu-isu miring yang mengiringi kegemilangan Persija musim ini.

"Alhamdulillah setelah 17 tahun juara juga, walaupun banyak cibiran yang bilang liga setting-an," ujar salah seorang suporter, Wanto (17).

Klasemen akhir Go-Jek Liga 1 2018.

Klasemen selengkapnya: https://t.co/m3dni01Jqj

Mitra Kukar FC, Sriwijaya FC dan PSMS terdegradasi pada musim ini. Tetap semangat

#GoJekLiga1#Liga1KitaSatu pic.twitter.com/lbe091u0gN

Baca juga

Pelatih terbaik Liga 1

Keberhasilan Teco membawa Persija juara, pun mengantarkannya sebagai pelatih terbaik Liga 1 2018. Usai laga kontra Mitra Kukar, operator kompetisi Liga Indonesia Baru (LIB) mendapuk juru taktik kelahiran 1974 itu, sebagai peatih terbaik di Liga 1 musim ini.

Prestasi sebagai pelatih terbaik milik Teco kali ini, pun menjadi tinta emas pertamanya sebagai juru strategi. Ia mengalahkan dua kandidat pelatih terbaik lainnya, yakni Robert Rene Alberts dari PSM, dan Gomez dari Persib.

Gelar pelatih terbaik Liga 1 2018 milik Teco, menyimpan catatan tersendiri bagi PSSI yang saat ini sedang mencari pelatih timnas Indonesia. Nama Teco, sempat digaungkan Exco PSSI sebagai salah satu kandidat pelatih timnas selain Rene Alberts, dan Simon McMenemy dari Bhayangkara FC. Terkait namanya disorongkan sebagai pelatih timnas Indonesia, Teco mengatakan akan memikirkan tawaran tersebut.

Namun kata dia, kepercayaan federasi tersebut, merupakan promosi tertinggi untuknya. “Saya melihat itu (tawaran melatih timnas Indonesia) sebagai kepercayaan,” kata dia.

Akan tetapi, ia belum memutuskan. “Setelah saya bersama pemain di Persija bekerja keras untuk juara. Kami akan berlibur telebih dahulu,” sambung dia. 

Bukan cuma itu, keberhasilan Teco tahun ini mengorbitkan satu pemain terbaik Liga 1 2018. Yakni gelandang Persija, Rohit Chand.

Gelandang asal Nepal tersebut, menyingkirkan dua kandidat pemain terbaik Liga 1 pilihan LIB lainnya, yakni Wiljan Pluim dari PSM, dan David da Silva dari Persebaya Surabaya.

Namun sayang, Persija tak berhasil membawa Marko Simic sebagai pencetak gol terbanyak. Simic dengan tambahan dua gol ke gawnag Mitra Kukar di pekan final, cuma mencatatkan total 17 gol miliknya selama musim ini. Gelar top skorer, menjadi milik bomber PS Tira Aleksandar Rakic dengan raihan 21 gol.

[video] Persija Juara, Polda Metro Imbau Suporter Tetap Tertib

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement