REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan, penggunaan kotak suara berbahan kardus sudah dilakukan selama tiga kali pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak. Mendagri mengatakan tidak ada masalah terkait penggunaan kotak suara berbahan kardus dalam tiga pilkada serentak.
"Soal keamanan, dari pilkada kemarin tiga kali, tidak ada laporan, karena pilkada juga menggunakan itu. Jadi jangan dilihat dari kotaknya, ada aspek pengawasan juga dan sebagainya," kata Tjahjo usai menghadiri Penyerahan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) di Istana Wakil Presiden Jakarta, Rabu.
Tjahjo mengatakan keamanan kotak suara Pemilu tidak dijamin dari bahan dasar kotak tersebut. Masih ada aspek pengawasan yang berlangsung pascapemungutan suara hingga penghitungan perolehan hasil pemilu. "Soal aman dan tidak kan tergantung di lapangan. Kepolisian mengamankan, Satpol PP mengamankan, petugas di kecamatan dan desa juga mengamankan, saksi-saksi dari partai politik mengamankan juga," ujarnya.
Terkait kecurigaan berbagai pihak terhadap keputusan Pemerintah dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggunakan kotak suara berbahan kardus, Mendagri mengingatkan untuk tidak mencari-cari kekhawatiran tersebut.
"Jangan mencari-cari sebuah kekhawatiran, hal yang sudah umum ya harus dipahami sebagai hal yang umum. Kalau sebuah masalah dicari kesalahannya, ya repot," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan penggunaan bahan kardus hanya untuk kotak suara tambahan, sehingga KPU dapat menghemat anggaran untuk biaya produksi kotak suara tersebut.
"Kan cuma pengganti, tidak semua (berbahan) kardus. Karena penduduk bertambah, TPS bertambah, berarti kotak suara bertambah. Ada yang rusak, ditambah. Hanya penambah itu yang dari kardus, dari karton," kata Wapres JK.
Menanggapi polemik penggunaan kotak suara berbahan kardus, Ketua KPU RI Arief Budiman menekankan bahwa inovasi tersebut tidak dimaksudkan untuk menahan banjir atau dibakar.
"Kotak suara didesain untuk menjalankan fungsi sebagai kotak suara, bukan menjalankan fungsi untuk menahan api, bukan menjalankan fungsi untuk menahan banjir, bukan. Kalo kena banjir, direndam air jelas rusak, dibakar jelas terbakar," kata Arief di Jakarta, Selasa.