Kamis 20 Dec 2018 16:09 WIB

Sertifikat Halal Toblerone Tuai Protes 'Sayap Kanan' Eropa

Produsen Toblerone menyebut sedari awal coklatnya memang tak mengandung unsur haram

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sertifikat halal Toblerone memicu protes sayap kanan di Eropa
Foto: CNN.com
Sertifikat halal Toblerone memicu protes sayap kanan di Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pabrik cokelat populer Toblerone di Bern, Switzerland, telah meraih sertifikasi halal pada April lalu. Kabar mengenai sertifikasi halal ini ternyata mendapatkan protes dari politikus-politikus 'sayap kanan' di Eropa.

Salah satu protes datang dari Juru Bicara Partai AfD Jerman Jorg Meuthen. Menurut Meuthen, sertifikasi halal pada cokelat Toblerone menunjukkan 'Islamisasi' di Eropa.

"Islamisasi tidak terjadi di Jerman ataupun di Eropa," tulus Meuthen melalui akun media sosialnya seperti dilansir dari CNN.

Unggahan ini juga memicu reaksi negatif dari para pengguna media sosial lain. Penolakan ini bahkan berujung pada ajakan untuk memboikot Toblerone melalui tagar #BOYCOTTTOBLERONE.

"Sangat disayangkan, saya suka makan. Tapi saya tidak suka makanan Muslim," tulis salah satu pengguna Twitter.

Namun tak semua pengguna media sosial di Eropa memberi tanggapan negatif terhadap sertifikasi halal cokelat Toblerone. Beberapa pengguna media sosial justru menilai penolakan dan protes yang ditujukan kepada Toblerone sebagai tindakan konyol.

Alasannya, sejak awal Toblerone memang merupakan makanan yang tak mengandung unsur-unsur haram. Toblerone tak mengubah resep sama sekali untuk mendapatkan sertifikasi halal.

"Siapapun yang memiliki tenaga dan waktu untuk marah terhadap omong kosong seperti ini tak boleh terkejut dengan (ejekan yang ditujukan kepasa mereka)," tulis pengguna media sosial lain.

Hal senada juga diungkapkan oleh Mondelez selaku produsen Toblerone. Mondelez mengonfirmasi bahwa pabrik di Bern yang memproduksi Toblerone tidak melakukan perubahan apapun. Dengan kata lain, sertifikasi halal ini tak mengubah apapun pada produk Toblerone yang dihasilkan.

"Pada dasarnya proses produksi (Toblerone) sejak awal sudah sesuai dengan kriteria halal," terang Mondelez.

Umar al-Qadri dari Departemen Sertifikasi Halal menilai protes dan penolakan yang muncul atas produk bersertifikasi halal didasari karena kurangnya pengetahuan. Tak sedikit yang menganggap bahwa makanan halal adalah sesuatu yang negatif, meskipun faktanya makanan halal merupakan sesuatu yang positif karena memiliki standar yang lebih tinggi terkait keamanan pangan.

Ia menyarankan orang-orang yang mengajukan protes untuk mencari tahu lebih dalam mengenai apa sebenarnya makanan dan minuman halal. Umar pun tak menampik bila protes-protes yang timbul terkait sertifikasi halal dilatarbelakangi oleh Islamofobia.

"Ini merupakan ekspresi Islamofobia, tak ada yang lain," jelas Umar.

Umar mengatakan lumrah bagi perusahaan multinasional untuk memiliki produk bersertifikat halal dewasa ini. Salah satu tujuannya adalah untuk memperluas jangkauan sekaligus meningkatkan pendapatan.

"Ada dua miliar Muslim di dunia yang hanya mengonsumsi (makanan dan minuman) halal," papar Umar.

Label halal pada dasarnya berfungsi untuk memberi petunjuk mengenai makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi oleh Muslim. Label halal menunjukkan bahwa makanan atau minuman terkait tidak mengandung unsur-unsur haram yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Beberapa di antaranya adalah babi, alkohol dan hewan yang tidak disembelih sesuai syariat. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement