Rabu 26 Dec 2018 05:00 WIB

KPK: Peningkatan Kompetensi APIP Jadi Hal Terberat

Kemendagri sudah meminta setiap daerah memberikan alokasi khusus untuk APIP.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Muhammad Hafil
Kepala daerah korupsi (ilustrasi)
Foto: Dok Republika.co.id
Kepala daerah korupsi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Pahala Nainggolan mengatakan, ihwal peningkatan kompetensi Aparatur Internal Pengawas Pemerintah (APIP) merupakan bagian terberat dalam regulasi penguatan independensi APIP.

Diketahui, terkait lemahnya pengawasan, KPK, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) telah menggodok revisi Peraturan Pemerintah (PP) nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah yang menjadi landasan regulasi penguatan independensi APIP.

Menurut Pahala, beratnya peningkatan kompetensi APIP lantaran saat ini, uji kompetensi APIP dilakukan oleh dua lembaga, yakni BPKP dan Kemdagri. Padahal, sertifikasi kompetensi seharusnya dilakukan berdasarkan profesi bukan lembaga.

"Oleh karena itu KPK sedang menggodok agar uji kompetensi APIP dilakukan oleh Asosiasi Aparat Internal Pengawasan. Modelnya sertifikasi profesi, jadi tidak terpusat biar di semua provinsi bisa dilakukan. Yang terpenting memastikan trainer tersertifikasi, assesor tersertifikasi," terang Pahala saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu.

Pahala mengungkapkan, ihwal kecukupan anggaran, dalam Pedoman Umum Penyusunan APBD, Kemendagri sudah meminta setiap daerah memberikan alokasi khusus untuk APIP agar dapat bekerja menjalankan tugas-tugasnya termasuk melakukan investigasi dan lain sebagainya.

Namun, KPK berharap agar alokasi khusus tersebut diatur secara rinci, termasuk dengan menggunakan persentase dari anggaran daerah. "Tahun ini kami evaluasi berapa sebenarnya cukupnya. Kita mau cukup dulu saja," kata Pahala.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement