Senin 31 Dec 2018 22:07 WIB

Nelayan yang Hilang Saat Tsunami Berhasil Ditemukan

Masih ada enam nelayan yang hilang saat tsunami di perairan Pantai Selatan Lampung

Warga melintasi reruntuhan rumah yang rusak akibat tsunami di Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Lampung, Jumat (28/12/2018).
Foto: Antara/Ardiansyah
Warga melintasi reruntuhan rumah yang rusak akibat tsunami di Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Lampung, Jumat (28/12/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Ari Agus Arman Harianto (24), satu dari tujuh nelayan yang hilang saat terjadinya tsunami di perairan Pantai Selatan Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, ditemukan di Pulau Panjang. Ari hilang saat memancing bersama enam rekannya di Pulau Rakata.

"Korban warga Desa Kenari, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan (Lamsel). Korban dievakuasi oleh KRI Rigel 933 saat sedang melaksanakan survei Gunung Anak Krakatau (GAK) Minggu pagi," kata Kepala Basarnas Lampung Jumari saat dihubungi dari Bandarlampung, Senin.

Ia mengatakan, korban bertahan selama tujuh hari di Pulau Panjang dengan makanan seadanya seperti biji ketapang dan minum sisa-sisa botol yang terapung di laut. "Dari keterangan dia seperti itu, dia bertahan dengan makan seadanya sehingga kekurangan gizi," katanya menerangkan.

Jumari menambahkan setelah mendapatkan perawatan, korban kemudian dijemput oleh keluarganya. Korban saat ini tengah berada di kediamannya di Desa Kenari, Kecamatan Rajabasa, Lamsel.

"Korban sudah dijemput keluarganya dan sudah berada dirumahnya," kata dia.

Ari bersama enam rekannya hilang saat sedang memancing p di perairan Pantai Selatan Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Mereka hilang saat sedang memancing di Pulau Rakata Kecil. Hingga saat ini, enam rekan Ari belum ditemukan. Tim Basarnas bersama TNI AL dan unsur terkait terus mencari keberadaan mereka.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement