REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amri Shikhsaidov, guru besar dan ketua Departemen Naskah Oriental pada Institut Sejarah Arkeologi dan Etnografi Dagestani Scientific Center, menuliskan, Islam telah menjadi satu dari sejumlah faktor penting dan berpengaruh bagi kehidupan sosial politik di republik ini.
Ia bahkan menekankan dalam tulisan berjudul Islam in Dagestan yang diunggah di situs www.ca-c.org, berbagai situasi di negara tersebut tidak lagi dapat dipahami di luar konteks agama.
Proses Islamisasi di negara yang beribu kota Makhachkala ini dimulai sejak sekitar 1.000 tahun lalu di sebuah wilayah kecil di Kaukasus timur laut. Pada abad ke-16, Islam menyandang status sebagai agama resmi di seluruh wilayah Dagestan, termasuk bagi berbagai aliansi masyarakat pedesaan di kawasan itu.
Menurut Shikhsaidov, hal itu dimungkinkan oleh kegigihan pasukan asing dari Arab, Turki (terutama Turki Seljuk), Mongol, Persia, dan lainnya dalam memberlakukan kebijakan Islamisasi. Kebijakan yang mereka terapkan kala itu menghasilkan berdirinya sekolah-sekolah Syafi'i dan Suni di Dagestan.
Fakta penting lainnya adalah sufisme telah menjadi aktivitas keseharian di negeri ini. Dalam sejarah bangsa Dagestan, Islam merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka. Hal itu paling jelas terlihat pada abad 19, yakni pada perjuangan pembebasan yang dipimpin Shamil (ulama dan mujahid Islam yang hidup pada 1797-1871), serta pemberontakan tahun 1877.
Perkembangan Islam berdampak positif bagi rakyat Dagestan yang sebelumnya terkotak-kotak berdasarkan bahasa, agama, etnis, dan geografis. Situasi tersebut menyebabkan tingkat permusuhan serta konflik yang parah.
Namun, setelah sebagian besar masyarakat Dagestan memeluk Islam, harmoni mulai tercipta. Kesatuan dalam hal kepercayaan menjadi unsur yang dijunjung tinggi sehingga berdampak pada berakhirnya konflik di antara mereka.
Situs www.ozturkler.com menyebut, kesatuan itu tumbuh berkat madrasah-madrasah yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Para ilmuwan, ulama, dan imam lulusan sekolah-sekolah Islam berperan penting dalam memadamkan bara konflik di kawasan multietnis itu. Mereka juga membantu menciptakan hubungan yang hangat dan bersahabat di antara berbagai etnis yang ada.
Pada Desember 2011, Kementerian untuk Kebijakan Nasional Dagestan menyebutkan, jumlah organisasi keagamaan yang terdaftar di negara tersebut telah mencapai 2.540. Dari jumlah itu, sebanyak 2.492 di antaranya adalah organisasi Islam. Sisanya dimiliki oleh umat Kristen dan Yahudi. Organisasi-organisasi Islam itu termasuk 1.200 komunitas masjid, 83 komunitas madrasah, dan sejumlah institusi serta asosiasi Islam lainnya.