REPUBLIKA.CO.ID, SORONG -- Muhammadiyah terus melebarkan sayap-sayap berkemajuan. Masyarakat di daerah-daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T) menjadi target utama yang satu dekade belakangan terus ditingkatkan derajat kehidupannya.
Kampung Warmon Kokoda jadi salah satu contohnya. Kini, terhampar pemandangan baru di sana. Masyarakat yang tadinya hidup nomaden, bertransformasi menjadi masyarakat modern lengkap dengan pranata pemerintahannya.
Lalu lalang motor, bunyi jepretan kamera telpon genggam sampai muda-mudi yang mengabadikan aktivitas dalam video makin jadi pemandangan biasa. Pemandangan, yang mungkin tidak pernah terbayangkan pada medio 1990an.
Pada 1996, jadi tahun bersejarah bagi mereka. Kala itu, sebagian masyarakat Kokoda menjajal lahan kosong di Kampung Warmon. Namun tanah yang didominasi lumpur dan rawa itu ternyata dimiliki masyarakat transmigran.
Pada 1998, mereka yang bertahan membuat rumah-rumah dari dedaunan. Pada waktu itu pula, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sorong, kini Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong mengenalkan diri.
Ketulusan mengabdikan diri, kegigihan menata pranata sosial, membuat kehadiran mereka diterima masyarakat Kokoda tidak cuma baik, tapi sangat baik. Generator listrik untuk penerangan menjadi bantuan pertama yang dirasakan.
Mahasiswa STKIP turut menjadi pengajar di sekolah. Selang empat tahun, jalinan menguat. Pada 2012, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah menjadi masinis yang memimpin laju transformasi di Kampung Warmon Kokoda.
Mimpi untuk memiliki rumah semi permanen, rumah ibadah (masjid) yang nyaman, dan sekolah yang layak mulai berani dilukiskan. Satu demi satu, cerita yang sekadar mimpi itu berubah jadi nyata.
Aliran air, aliran listrik, bahkan aliran dana desa kini masuk ke Kokoda. Kegigihan advokasi MPM PP Muhammadiyah meluluhkan hati Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sorong yang mengamini Warmon Kokoda jadi seperti kampung-kampung lain.
Tidak puas, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) nun jauh di Pulau Jawa digandeng. Dimulai pada 2016, UMY rutin mengirimkan puluhan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke Kampung Warmon Kokoda.
"Saking bersahabat Muhammadiyah dan Kokoda, kami merasa seperti ada di kampung sendiri," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir, saat meresmikan rumah baca Nabaca Bukuga.
Peresmian dilaksanakan pada 12 Januari 2019, selang beberapa tahun saja sejak anak-anak Kokoda berani bermimpi memiliki rumah baca. Pembangunan lahir atas inisiasi mahasiswa-mahasiswa KKN UMY dan STKIP Muhammadiyah Sorong.
Pada kesempatan yang sama, Muhammadiyah melakukan peletakan batu pertama atas pembangunan ruangan baru Labschool Muhammadiyah di sana. Serta, menyerahkan sertifikat 55 unit rumah kepada masyarakat Kokoda.
Apa yang terjadi di Kampung Warmon Kokoda memang seperti kisah cinta yang ada di film layar lebar. Semua mimpi yang terwujud seperti tidak berselang waktu, menghapus segala luka dan keringat yang mewarnai perjuangan mewujudkannya.
Seiring, perguruan-perguruan tinggi Muhammadiyah yang ada di Kabupaten Sorong terus menyebarluaskan jala manfaat. Unimuda dan Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS) memikul peran yang semakin besar mencerdaskan kehidupan masyarakat.
Unimuda dan UMS, selayakya kakak adik seperguruan, bahu-membahu terus membangun masyarakat Sorong yang berkemajuan. Keduanya, bahkan menebar jaring kemanfaatan ke pulau-pulau sekitar.
Hari ini, tanpa mengharap timbal balik, Muhammadiyah cuma bisa berpesan agar masyarakat Kokoda terus maju dan menjaga amanah besar mencetak generasi masa depan yang unggul.
"Masyarakat, bangsa dan negara bisa maju jika di tubuh masyarakat itu ada ketulusan, kegembiraan dan semangat untuk maju," ujar Haedar.