REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rapat Anggota Tahunan (RAT) merupakan ciri khas dan pembeda koperasi dengan badan-badan usaha lain. Sebab, dalam RAT, tiap anggota memiliki hak yang sama untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat, serta memilih dan dipilih.
Ketua Bidang Koperasi Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Sulthoni Nur Rifai menilai, salah satu hak paling penting menentukan kebijakan umum. Baik untuk bidang organisasi, manajemen, dan maupun usaha koperasi.
Dari sini saja, seharusnya koperasi dapat lebih inovatif dan responsif dalam beradaptasi dengan perkembangan zaman. Tentunya, koperasi juga seharusnya lebih resposif menyerap kendala sekaligus menemukan jalan keluarnya.
Ia mengingatkan, saat ini pasar dihadapkan kepada revolusi industri 4.0. Itu berarti, perkembangan internet dan teknologi akan mengubah cara kerja, gaya hidup, cara belaja dan menghadirkan disrupsi bagi yang tidak siap.
"Kemampuan adaptasi dan inovasi merupakan faktor kunci bagi koperasi agar terus tumbuh dan mampu bertahan dari disrupsi," kata Sulthoni, di RAT Kopma UNY di Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis (17/1).
Ia berharap, koperasi bukan hanya bermanfaat bagi anggota, namun berkontribusi dalam pertumbuhan produk domestik regional bruto DIY. Sulthoni berpesan, agar koperasi-koperasi yang ada dapat dikelola profesional.
Untuk menghadirkan profesionalitas, tentunya harus mengedepankan transparansi dan kejujuran. Selain itu, ia merasa, semua akan didukung sumber daya manusia yang menguasai teknologi informasi itu sendiri.
"Sehingga, koperasi yang ada bisa berkembang secara baik dan menyejahterakan anggotanya," ujar Sulthoni.
Senada, Rektor UNY, Sutrisna Wibawa menilai, koperasi memang memiliki arti yang lebih. Koperasi mahasiswa misalnya, tidak hanya sebagai anggota namun juga bisa menjadi ajang latihan berorganisasi dan wirausaha yang menyejahterakan.
Bahkan, ia menekankan, kesejahteraan yang didatangkan tidak cuma akan dirasakan anggota-anggotanya. Menurut Sutrisna, koperasi mahasiswa dapat menyejahterakan dosen, tenaga pendidik, dan masyarakat sekitar.
Ia mengingatkan, ini merupakan era di mana membuka toko atau unit usaha bukan sekadar harga. Toko perlu kenyamanan, pelayanan baik, cepat, dan ketersediaan barang yang selalu baru, bukan stok.
Sutrisna menyarankan, agar koperasi-koperasi mahasiswa dapat menghadirkan solusi untuk mereka yang kesulitan membayar UKT. Itu bisa diberikan dengan pola berbeda dengan bank karena tidak ada jaminan seperti sertifikat atau kendaraan.