REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok Anti-kekerasan dan pelecehan seksual, Hollaback! Jakarta, menilai Grab Indonesia tidak serius memperbaiki sistem keamanannya. Pernyataan ini disampaikan terkait kembali terjadi pelecehan seksual terhadap penumpang Grab oleh mitranya.
"Saya melihat Grab tidak memberikan langkah konkrit yang tepat dan tidak serius membenahi sistem yang mengawasi perilaku pengemudinya," kata Co Director Hollaback! Jakarta, Anindya Restuviani, dalam rilis yang diterima di Jakarta, Kamis (24/1).
Anindya mengapresiasi pihak kepolisian yang sudah menangkap Yulianto (40 tahun), mitra 'driver' Grab yang diduga mencabuli penumpangnya berusia 14 tahun di Jombang, Jawa Timur. Dia berpendapat peristiwa pelecehan pengemudi ojek daring di Jombang itu menimbulkan kerisauan dan menambah catatan buruk bagi Grab Indonesia dalam menangani pelecehan seksual terhadap penumpang perempuan.
"Saya sangat khawatir atas kejadian ini. Saya mengamati mindset GRAB Indonesia cenderung tidak peka menangani pelecehan seksual driver-nya kepada perempuan," ucap Anindya.
Anindya mengimbau Grab Indonesia perlu mamperbaiki sistem perekrutan mitra pengemudi yang menganalisa psikologi dan jejak rekam calon mitranya. Dia menegaskan bahwa pencabulan yang dilakukan pengemudi mitra Grab itu menimbulkan trauma bagi korban.
Konselor Yayasan Pulih Wawan Suwandi menghimbau keluarga terdekat mendampingi korban agar mempercepat proses pemulihan trauma. "Kami juga mengimbau Grab meng-up grade (meningkatkan) sistem keamanan agar pelecehan seksual kepada perempuan tidak terulang lagi," tegasnya.
Anggota Komisi Ombudsman RI Alvin Lie mengapresiasi kepolisian Jombang yang sudah meringkus Yulianto yang diduga mencabuli penumpangnya itu. "Ini adalah tindakan pidana murni karena melecehkan wanita. Tindakan polisi sudah tepat karena segera menangkap tersangka," ujarnya.