REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Muhammad Riski Aditia (5 tahun), bocah asal Kampung Cigugur Tengah RT 04 RW 08, Kelurahan Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi meninggal akibat terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD), Kamis (24/1). Anak pasangan Ujang (48) dan Ratna ini menghembuskan nafas terakhir setelah dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibabat.
Ratna mengatakan gejala awal yang dialami anak ketiganya tersebut saat pertama kali sakit yaitu panas pada Rabu (16/1) pekan kemarin. Kemudian, ia berinisiatif membawa anaknya ke puskesmas terdekat untuk diobati pada Kamis (17/1).
"Sudah pulang dari puskesmas diberi obat tapi pas diminum nggak bisa masuk dan langsung muntah," ujarnya saat ditemui di kediaman orangtuanya, Jumat (25).
Karena penasaran, ia membawa anaknya ke rumah sakit Avisena dan diagnosis sakit radang tenggorokan dan panas. Ia mengungkapkan, setelah itu kondisi anaknya membaik selama empat hari. Namun, pada Selasa kemarin kesehatannya menurun dan mengeluarkan darah dari mulut.
Pasangan suami istri, Ujang (48) dan Ratna, warga Kampung Cigugur Tengah RT 04 RW 08, Kelurahan Cigugur Tengah, Kota Cimahi menceritakan anaknya Muhammad Riski (5) yang meninggal akibat terserang demam berdarah dengue, Jumat (25/1).
Pada Rabu, Riski dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RSUD Cibabat dan langsung ditangani di ruang perawatan intensif. "Empat hari panasnya turun kemarin itu ternyata bukan sehat tetapi trombositnya menurun," katanya.
Dirinya mengungkapkan, setelah ditangani di RSUD Cibabat, pihak rumah sakit menyatakan anaknya terserang DBD dan virusnya sudah mencapai ke otak. Meski begitu, katanya kondisi anaknya masih bisa berkomunikasi.
"Virus sudah nyebar tapi tetap sadar terus bagian pembuluh darah pecah dan keluar darah dari hidung dan telinga," katanya.
Sementara itu, ayahnya, Ujang (48) mengaku anaknya saat sakit mengeluhkan sakit di bagian punggung dan terdapat bintik-bintik merah. Dia mengatakan, anaknya meninggal Kamis (24/1) sekitar pukul 10.00 Wib.
"Sebelumnya tidak pernah ada yang DBD di sini, baru sekarang. Anak laki-laki satu-satunya, kakaknya dua-duanya perempuan," katanya.
Dirinya menambahkan, dari pihak kelurahan dan puskesmas telah datang ke rumahnya untuk meminta keterangan. "Anak saya itu belum sekolah tapi ingin ke belajar di TK pakai mobil yang jauh. Ya sekarang diantar mobil (jenazah)," katanya.
Sementara itu, ketua RT 02 Amang mengungkapkan kedua orang tua almarhum tinggal di kontrakan di RT 02. Namun, saat ini tengah berada di rumah orangtuanya di RT 04. Menurutnya, hingga saat ini belum ada upaya pemberantasan sarang nyamuk di daerah tersebut. Sebab, warga yang meninggal akibat DBD baru pertama kali.
"Baru rencana mau sekarang dilakukan fogging," katanya.