Jumat 01 Feb 2019 12:28 WIB

Penderita DBD di Malut Terdata 112 Orang

Jumlah tersebut kemungkinan masih akan bertambah.

Petugas memeriksa pasien deman berdarah (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas memeriksa pasien deman berdarah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Data jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Maluku Utara yang diterima Dinas Kesehatan Malut dari Kabupaten/kota hingga akhir Januari 2019 sebanyak 112 orang. "Jumlah tersebut kemungkinan masih akan bertambah. Karena dari sepuluh kabupaten/kota di Malut baru lima kabupaten/kota yang memasukan data jumlah penderita penyakit DBD ke Dinkes Malut," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Malut, Andi Sakrawati di Ternate, Jumat (1/2).

Dari sepuluh kabupaten/kota di Malut belum ada yang dinyatakan sebagai daerah Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Karena jumlah penderita DBD di masing-masing kabupaten/kota relatif sedikit dan belum ada yang sampai meninggal.

Menurut dia, Dinkes Malut telah menyampaikan instruksi dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan keseluruh Dinkes Kabupaten/kota di Malut mengenai upaya pencegaha dan penanganan penyakit DBD. Upaya pencegahan dan penanganan DBD itu di antaranya dilakukan melalui kegiatan sosialisasi kepada masyarakat mengenai 4 M. Yakni menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi, mengubur kalem atau wadah yang dapat menampung air serta mengamati jentik nyamuk dan kebersihan lingkungan.

Selain itu, Andi Sakrawati mengatakan, masyarakat diimbau untuk menanam tananam pengusir nyamuk di sekitar rumah. Seperti bunga lavender dan serai serta menggunakan kelambu saat tidur.

Masyarakat juga diberi pemahaman mengenai ciri-ciri penyakit DBD, seperti demam tinggi selama berhari-hari, sakit di belakang bola mata dan muncul bintik merah di kulit. Ia mengharapkan, dengan mengetahui ciri-ciri penyakit DBD masyarakat segera membawa anggota keluarganya yang menderita dengan penyakit seperti itu ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan penanganan secara intensif.

Pengalaman selama ini penderita penyakit DBD tidak bisa tertolong karena saat dibawa ke rumah sakit kondisinya sudah parah. Karena kurangnya pemahaman mereka bahwa yang diderita adalah penyakit DBD.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement