REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat sembilan kali guguran lava meluncur dari Gunung Merapi pada Sabtu (2/2). Lewat akun Twitter resminya BPPTKG menyatakan bahwa berdasarkan hasil pengamatan pukul 00.00-06.00 WIB, gunung api itu sembilan kali meluncurkan guguran lava yang berlangsung selama tiga sampai 40 detik.
Pada Jumat (1/2) malam, mulai pukul 18.00-24.00 WIB, BPPTKG juga mencatat 16 kali gempa guguran dengan durasi 17 hingga 88 detik. Empat dari 16 guguran lava pijar itu teramati meluncur ke arah Kali Gendol dengan jarak luncur 200-850 meter selama 20-88 detik.
Sementara cuaca kawasan Gunung Merapi pada Sabtu pagi berkabut dengan suhu udara berkisar 21,5 derajat Celsius, kelembaban udara 85 persen, tekanan udara 918,8 Hpa, dan angin tenang. Menurut analisis morfologi kubah lava Gunung Merapi yang terakhir dirilis BPPTKG, volume kubah lava gunung itu telah mencapai 461.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 1.300 meter kubik per hari atau lebih kecil dari pekan sebelumnya.
Saat ini kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan yang masih rendah. Rata-rata kurang dari 20 ribu meter kubik per hari.
Rangkaian awan panas guguran keluar dari Gunung Merapi pada 29 Januari 2019 ke arah Kali Gendol. Awan panas guguran pertama teramati pada pukul 20.17 WIB, jarak luncur 1.400 meter dan durasi 141 detik. Awan panas guguran kedua terjadi pada pukul 20.53 WIB, jarak luncur 1.350 meter dan durasi 135 detik, dan ketiga terjadi pada pukul 21.41 WIB, jarak luncur 1.100 meter dengan durasi 111 detik.
Hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada, dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana. BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.