REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) terus bertambah. Karena itu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Direktur Jenderal Pecegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes Anung Sugihantono mengatakan, Jawa Timur masih menduduki jumlah kasus terbanyak. Dii antaranya di Kediri dan Ponorogo.
“Kemarin, saya mendapatkan laporan bahwa kepala dinas provinsi dan bupati di Kediri sudah melihat situasi dan kondisi di lapangan. Salah satu yang menarik ditemukan adalah jentik nyamuknya sudah ada di pagar-pagar rumah, karena di bagian rumah di sana menggunakan bambu dan jentik-jentiknya ada di sana,” katanya, di Jakarta, Senin (4/2).
Demam berdarah itu, lanjut Anung, ada diagnosanya. DBD ada yang hanya di tahapan klinis dengan tanda panas pada penderita, kemudian sedikit ada tanda-tanda perdarahan. Kemudian Dengue Shock Syndrome (DSS), yakni kondisi dari demam berdarah yang sudah masuk kepada tahapan syok.
“Kalau sudah syok berarti ada gangguan dari sirkulasi darah atau sejauh ini kejadian yang bisa kita temukan memang yang DSS porsinya tidak lebih dari 10 persen,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti itu, Anung menekankan bahwa cara yang paling efektif adalah PSN. Selain itu ditambah perilaku hidup bersih dan sehat, memberantas jentik nyamuk di rumah dan sebisa mungkin menghindari gigitan nyamuk seperti tidur dengan memasang kelambu, menggunakan lotion pengusir nyamuk, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
Untuk antisipasi kejadian luar biasa (KLB) DBD, Anung mengatakan sudah menyiapkan mekanisme dan sistem yang baik. Namun ia berharap agar KLB sama sekali tidak terjadi. Berdasarkan data Kemenkes, jumlah kasus hingga tanggal 3 Februari 2019 adalah sebanyak 16.692 kasus dengan 169 jiwa meninggal dunia. Kasus terbanyak ada di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kupang. Data sebelumnya pada 29 Januari 2019, jumlah kasus DBD mencapai 13.683 dengan jumlah meninggal dunia 133 jiwa.