REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ujaran calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo, selama beberapa waktu terakhir dinilai ofensif atau menyerang. Namun, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menyatakan, penilaian itu tak sepenuhnya benar.
Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf Asrul Sani mengatakan, anggapan bahwa manuver yang dilakukan Jokowi ofensif merupakan hal yang berlebihan. Menurutnya, manuver yang dilakukan Jokowi lebih pantas disebut sebagai aksi responsif.
"Yang pas adalah Jokowi menjawab semua tuduhan, kritik, dan hoaks yang dilemparkan secara lebih luas," kata Asrul kepada Republika.co.id, Rabu (6/2).
Hal yang disampaikan yang belakangan disebut ofensif oleh Jokowi, kata Asrul, memang sudah sepatutnya diutarakan untuk mengadang tuduhan yang selama ini disematkan kepada pejawat. "Itu salah satu cara merespons tuduhan, terutama yang dipelintir, di-framing atau dibuat hoaks. Memang harus dijawab melalui media dan publik," ujar politisi PPP itu.
Soal persepsi masyarakat yang menilai bahwa gaya yang ditampilkan Jokowi termasuk ofensif, Asrul lebih setuju hal itu disebut sebagai bentuk ketegasan. "Yang disampaikan Pak Jokowi itu tegas dan lugas tapi dimaknai ofensif," tuturnya.
Sebelumnya, Jokowi menjelaskan pernyataannya yang sering kali bernada ofensif terhadap kubu lawan. Menurut dia, selama empat tahun terakhir ini, dirinya selalu menahan diri saat mendapatkan berbagai serangan.
Namun kali ini, Jokowi mengaku tak akan tinggal diam terhadap tudingan dan serangan yang dialamatkan kepadanya. Karena itu, ia menilai, kampanye bernada ofensif pun saat ini perlu dilakukan.
- Dukung Prabowo-Sandi, BKMT Pastikan Anggota Tak Sebar Hoaks
- PKS Yakin Efek Sandi Jadi Kunci Kemenangan Paslon 02 di NTB
- Erick: Jokowi tidak Asal Melakukan Ofensif
“Ya kampanye kan perlu obfensif, masa kita empat tahun suruh diam saja. Ya endaklah. Jadi empat tahun diam masa suruh meneruskan,” ujar Jokowi saat menghadiri peringatan HUT ke-72 HMI di kediaman Akbar Tandjung, Selasa (5/2) malam.