Kamis 07 Feb 2019 02:45 WIB

Jokowi Mulai Ofensif, BPN: Nggak Usah Diserang Balik

BPN tak akan mengubah strategi kampanyenya untuk merespons tudingan Jokowi.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Reiny Dwinanda
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade (kiri)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade, mengatakan timnya tak terpengaruh oleh serangan yang dilancarkan oleh kubu pejawat. Ia menilai BPN tak perlu head to head menyerang balik Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Pasalnya, sikap ofensif Jokowi, kata dia, sebagai tanda bahwa Jokowi sedang panik.

"Nggak usah diserang balik, namanya juga Pak Jokowi lagi panik, takut kalah karena selisih empat persen, dari 57 persen turun jadi 47 persen. Kami maklumi saja Pak Jokowi panik," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (6/2).

Baca Juga

Lantas, apa strategi BPN untuk memaksimalkan waktu yang tersisa? Andre mengungkapkan dalam kurun waktu yang tinggal dua bulan lagi menjelang Pemilihan Umum 2019, pihaknya hanya perlu tetap fokus melakukan kampanye door to door mempromosikan Prabowo-Sandiaga Uno sebagaimana yang telah berlangsung sejak awal.

Menurut Andre, strategi kampanye timnya masih dalam jalur yang tepat. Selain door to door campaign, BPN menyasar milenial melalui media sosial dan memperbanyak forum-forum pertemuan dengan masyarakat.

"Fokus kami tetap pada isu pertumbuhan ekonomi, seperti lapangan pekerjaan, dan harga-harga kebutuhan pokok," jelasnya.

Ujaran calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu terakhir dinilai ofensif atau menyerang. Sejumlah lontaran dialamatkan ke kubu pesaingnya seperti propaganda Rusia dan penggunaan konsultan asing, menyinggung soal Ratna Sarumpaet, dan menyuruh kubu pesaingnya untuk bubar dan punah sendiri saja tanpa perlu mengajak masyarakat Indonesia.

Jokowi sendiri mengakui langkahnya itu. Menurut dia, selama empat tahun terakhir ini dirinya selalu menahan diri saat mendapatkan berbagai serangan.

Namun, kali ini, Jokowi mengaku tak akan tinggal diam terhadap tudingan dan serangan yang dialamatkan kepadanya. Karena itu, kampanye bernada ofensif pun saat ini dinilainya perlu dilakukan. 

“Ya, kampanye kan perlu ofensif, masa kita empat tahun suruh diam saja. Ya endaklah. Jadi empat tahun diam masa suruh neruskan,” ujar Jokowi saat menghadiri peringatan HUT ke-72 HMI di kediaman Akbar Tandjung, Selasa (5/2) malam.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement