REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menargetkan lima tahun mendatang kebutuhan pangan hampir 50 juta warga Jabar khususnya sektor peternakan bisa dipenuhi secara mandiri. Artinya, Provinsi Jabar tidak perlu impor dari daerah lain.
Menurut Ridwan Kamil, kebutuhan daging sapi di Jabar pertahunnya mencapai 130 ribu ton. Namun, baru terpenuhi dari peternak Jabar sebesar 46 ribu ton. Kebutuhan telur pun baru mencapai 172 ribu ton dari 500 ribu ton total kebutuhan.
"Jadi ada peluang bisnis 80 ribu ton sapi lagi dan dijamin akan dibeli. Sebelumnya untuk memenuhi kekurangan itu kita impor dari provinsi lain, itu baru sapi," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Ahad (10/2).
Baca juga, Kementan Usulkan Impor Daging 287.976 Ton.
Menurut Emil, kekurangan tersebut merupakan peluang bisnis besar sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Tak terkecuali kaum milenial untuk menjadi pengusaha bidang peternakan.
Oleh karena itu, Emil menyarankan masyarakat memanfaatkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) peternakan dari bank yang sudah ditunjuk Kemenko Perekonomian yaitu Bank BRI, BNI, Mandiri dan BJB.
"Saya ingatkan masyarakat bahwa peluang bisnis peternakan sangat besar. Mari jadi pengusaha yang kesempatannya ada di depan mata. Setelah itu lalu kami sambungkan dengan pemilik modal yaitu perbankan," paparnya.
Emil berharap, debitur KUR khusus peternakan di Jabar meningkat setiap tahunnya. Dengan begitu swasembada pangan peternakan dapat terwujud dimasa kepemimpinannya. "Saya punya cita-cita kebutuhan pangan 50 juta warga Jabar harus bisa disuplai oleh diri sendiri. Dalam lima tahun Insya Allah kita akan swasembada peternakan," katanya.
Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Joko Waluyo, saat acara penyaluran KUR peternakan mengatakan, program KUR peternakan terbukti membantu peternak dalam mengakses pembiayaan. Tahun 2018 lalu pemerintah menyiapkan plafon KUR sebesar Rp 14,4 Triliun dengan jumlah debitur 687 ribu orang.
"Secara nasional khusus KUR peternakan mencapai Rp 14,4 Triliun dengan jumlah debitur 687 ribu," kata Joko.
Khusus untuk Jabar, kata dia, KUR umum yang sudah tersalurkan sebesar Rp 42,2 Triliun dengan debitur 1.9 juta orang. Sedangkan KUR khusus peternakan mencapai Rp 437 miliar dari jumlah debitur 17.525 orang. "Potensi peternakan di Jabar itu besar jadi peternak maupun UKM harus bisa lebih mengakses KUR ini," katanya.
Dalam perkembangannya, program KUR telah mengalami beberapa perubahan baik regulasi maupun skema yang salah satunya adalah penurunan tingkat suku bunga. Joko mengungkapkan, awalnya pada 2015 suku bunga KUR diangka 12 persen. Kemudian 2017 bunga yang dikenakan 9 persen dan tahun 2018 sampai saat ini turun lagi menjadi 7 persen.
Tercatat dari 2015 sampai 2018 plafon KUR yang sudah tersalurkan kepada 13,8 juta debitur sebesar Rp 333 Triliun. Penurunan suku bunga menjadi 7 persen menjadi faktor bertambahnya angka tersebut. Penurunan suku bunga merupakan komitmen pemerintah dalam membayar subsidi bunga. "Subsidi bunga yang dibayarkan pemerintah pada tahun 2015 baru Rp 39 Miliar, tahun 2016 Rp 3,7 Triliun dan tahun 2018 sudah mencapai Rp 11,6 Triliun," kata Joko.