Jumat 15 Feb 2019 22:15 WIB

Jihad Menurut Pandangan Muhammadiyah

Jihad dalam pandangan Muhammadiyah bukanlah perjuangan dengan kekerasan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Gita Amanda
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpidato di Seminar Pra-Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu, Kamis (14/2).
Foto: Republika/Ali Yusuf
Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berpidato di Seminar Pra-Tanwir Muhammadiyah di Bengkulu, Kamis (14/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Dalam pengembangan pemikiran Muhammadiyah berpijak pada koridor tajdid yang bersifat purifikasi dan dinamisasi. Muhammadiyah telah mengembangkan orientasi praksis untuk pemecahan masalah kehidupan.

“Muhammadiyah mengembangkan pendidikan sebagai strategi dan ruang kebudayaan bagi pengembangan potensi dan akal-budi manusia secara utuh,” kata Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir dalam pembukaan sidang Tanwir 2019 di Kampus IV Gedung Hasan Din, Jumat (15/2).

Baca Juga

Sementara untuk pembinaan keagamaan semakin dikembangkan pada pengayaan nilai-nilai aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalat-dunyawiyah yang membangun kesalehan individu dan sosial yang melahirkan tatanan sosial baru yang lebih relijius dan humanistik.

Dalam gerakan pencerahan, Muhammadiyah memaknai dan mengaktualisasikan jihad sebagai ikhtiar mengerahkan segala kemampuan badlul-juhdi. Untuk mewujudkan kehidupan seluruh umat manusia yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat.

“Jihad dalam pandangan Muhammadiyah bukanlah perjuangan dengan kekerasan, konflik, dan permusuhan,” katanya.

Haedar mengatakan, Umat Islam dalam berhadapan dengan berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan yang kompleks dituntut untuk melakukan perubahan strategi dari perjuangan melawan sesuatu al-jihad li-al-muaradhah, kepada perjuangan menghadapi sesuatu al-jihad li-al-muwajahah.

 “Dalam wujud memberikan jawaban-jawaban alternatif yang terbaik untuk mewujudkan kehidupan yang lebih utama,” katanya.

Dalam kehidupan kebangsaan, kata Haedar, Muhammadiyah mengagendakan revitalisasi visi dan karakter bangsa, serta semakin mendorong gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa yang lebih luas sebagaimana cita-cita kemerdekaan.

Katanya, dalam menghadapi berbagai persaingan peradaban yang tinggi, dengan bangsa-bangsa lain dan demi masa depan Indonesia yang lebih maju. Maka, diperlukan transformasi mentalitas bangsa ke arah pembentukan manusia Indonesia yang berkarakter kuat.

Menurut Haedar, manusia yang berkarakter kuat dicirikan oleh kapasitas mental yang membedakan dari orang lain seperti keterpercayaan, ketulusan, kejujuran, keberanian, ketegasan, ketegaran, kuat dalam memegang prinsip, dan sifat-sifat khusus lainnya yang melekat dalam dirinya. “Sementara nilai-nilai kebangsaan lainnya yang harus terus dikembangkan adalah nilai-nilai spiritualitas, solidaritas, kedisiplinan, kemandirian, kemajuan, dan keunggulan,” ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement