REPUBLIKA.CO.ID, Orang Pigmi yang berada di Kamerun adalah penghuni tertua Afrika. Saat ini, ada sekitar 120 ribu orang pigmi di dunia. Sebagian besar orang Pigmi tinggi di daerah hutan, dekat samudera Atlantik Kamerun tapi juga tersebar di Rwanda, Burundi, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Zambia, Gabon dan Angola.
Kata Pigmi sendiri berasal dari mitologi Yunani yang berarti kerdil. Ya, nama tersebut disematkan lantaran tinggi orang Pigmi hanya sekitar 120 hingga 150 cm. Kendati demikian, gaya hidup mereka menarik perhatian. Mereka hidup secara tradisional. Orang Pigmi secara bertahap mulai menerima agama dan budaya luar, salah satunya adalah Islam.
Orang Pigmi punya gaya hidup yang sangat sederhana dan menyenangkan. Mereka tinggal di pondok sementara, yang dibangun dengan batang bambu dan dedaunan besar yang dikumpulkan dari pepohonan.
Orang Pigmi menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk berburu di hutan dan mengumpulkan buah-buahan. Mereka tak menggunakan uang sebagai alat transaksi jual beli, namun mereka melakukannya dengan barter yakni menukar produk atau benda yang dimilikinya dengan milik kelompok lain.
Muslim Pigmi di Kamerun, Afrika
Memang komunitas Muslim Pigmi sangat kecil, kebanyakan tinggal di daerah hutan dekat kota Kribi, Kamerun. Di sana terdapat dua masjid. Semuanya dimulai setelah kunjungan seorang Muslim pada 2004.
Tapi sebelum itu, orang Pigmi tak memiliki pengetahuan tentang agama monoteistik, karena mereka tidak memiliki kontak dekat dengan dunia luar. Dengan hati, orang Pigmi hidup mengenal hutan. Itu merupakan salah satu dari banyak karakteristik orang Pigmi yang terkenal kerdil namun kuat di Kamerun.
Akan tetapi daerah permukiman orang Pigmi kian berkurang diduga karena adanya kepentingan industri asing. Daerah permukiman orang-orang Pigmi dikenal sangat kaya akan sumber daya alamnya. Bahkan BBC dalam sebuah artikelnya menyatakan kawasan permukiman orang-orang Pigmi itu menyimpan bahan alam untuk pengobatan.
“Satu tanaman, gouga, ketika direbus dengan air, diklaim dapat menyembuhkan malaria. Yang lain, pando, konon meredakan rasa sakit ketika digosokkan pada kulit. Cara hidup di hutan ini tampaknya bagi orang luar menjadi primitif, tetapi nyatanya sangat canggih,” seperti dilansir My Salaam pada Senin (18/2)
Seorang yang diwawancarai mengatakan dalam artikel itu bahwa orang-orang Pigmi mempunya semua sumber daya alam yang dibutuhkan karena berada di sekitar mereka. Ketika mencari informasi tentang orang Pigmi, mungkin tak banyak orang yang membantu. Banyak sumber yang berbicara tentang orang-orang Pigmi, sebagai orang tradisional dan lainnya namun dengan cara merendahkan.
Sebuah sumber menyatakan bahwa sebelum orang Pigmi memeluk Islam mereka hidup bertelanjang dan berburu binatang liar. Tetapi setelah Islam datang, mereka diperkenalkan dengan kehidupan beradab. Terlepas dari masuknya Islam di wilayah itu, orang Pigmi selalu menjadi orang dengan sejarah dan budaya yang kaya.