REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDIP masih menempatkan urutan teratas sebagai partai politik yang dipilih pemilih Muslim dan pemilih minoritas dalam survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Meski unggul, elektabilitas PDIP di segmen pemilih Muslim mengalami penurunan atau mulai ditinggalkan pemilih Muslim dalam enam bulan terakhir.
"Pemilih Muslim di Indonesia merupakan mayoritas dengan base sebanyak 85 persen dari total pemilih. Di pemilih Muslim, PDIP masih paling unggul dengan perolehan suara 18,4 persen," ungkap peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Rabu (20/2).
Rully menyebutkan, di posisi kedua terdapat Partai Gerindra yang memperoleh suara sebesar 16,6 persen. Di belakangnya ada Partai Golkar dengan perolehan suara 11,0 persen, PKB dengan perolehan suara 9,3 persen, dan Partai Demokrat sebesar 5,9 persen.
"PDIP masih paling banyak dipilih oleh pemilih Muslim, tapi dengan jarak yang sangat tipis dengan Partai Gerindra," jelasnya.
Meski masih unggul, elektabilitas PDIP pada Januari 2019 ini menunjukkan grafik penurunan jika dibandingkan dengan bulan Desember 2018 di segmen pemilih Muslim ini. Pada Desember 2018 elektabilitas PDIP di segmen ini sebesar 24,6 persen atau lebih tinggi 6,2 persen jika dibandingkan dengan Januari 2019.
Rully menjelaskan, turunnya elektabilitas PDIP di segmen pemilih Muslim ini merupakan dampak dari pemilihan presiden. Meski Joko Widodo telah mengambil Kiai Ma'ruf Amin sebagai cawapres, barisan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno semakin kuat karena ikatan alumni 212 dan Ijtima Ulama.
"Ternyata, kekuatan 212 dan Itjima Ulama dan sebagainya justru memperkuat barisan Prabowo-Sandi. Sehingga, otomatis jika pemilih Jokowi tak kuat di pemilih Muslim yang mengambil keuntungan dari pemilih Muslim adalah Partai Gerindra dan Prabowo-Sandinya," kata Rully.
Jika PDIP unggul di suara pemilih Muslim dan pemilih minoritas, Partai Gerindra melesat di urutan pertama di segmen pemilih terpelajar. Gerindra unggul delapan persen dari PDIP di segmen ini.
Gerindra mengantongi 23,9 persen, sementara PDIP hanya 11,5 persen dari total populasi. "Di pemilih terpelajar ini, Partai Gerindra paling unggul dengan perolehan suara 23,9 persen. Kemudian di posisi runner up ada PDIP sebanyak 15,9 persen," ungkap Rully.
Hasil Survei Partai Politik LSI, Rabu (20/2/2019).
Sementara di posisi ketiga, ada Partai Demokrat dengan perolehan suara delapan persen. Kemudian, ada PKS dengan perolehan suara sebesar 7,2 persen dan Partai Nasdem sebesar 5,8 persen di belakang partai pemenang Pemilu 2009 itu.
"PKS melampaui Nasdem di pemilih terpelajar. Ketiga, Perindo tetap memimpin partai baru di kalangan pemilih terpelajar, sebesar 2,8 persen, ditempel ketat oleh PSI," kata dia.
Lalu bagaimana dengan suara milenial?
Hasil survei LSI mencatat, PDIP menjadi parpol yang paling banyak dipilih pemilih milenial atau yang berusia di bawah 40 tahun. Segmen pemilih ini berjumlah 45 persen dari total pemilih.
"Di pemilih milenial ini, PDIP masih paling unggul dengan perolehan suara 20,1 persen. Kemudian di posisi runner up ada partai Gerindra sebanyak 16,2 persen. Posisi ketiga ada Partai Golkar dengan dukungan 9,7 persen, Partai Demokrat 7,2 persen, dan PKB 7,1 persen," ungkap peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Rabu (20/2).
Di urutan selanjutnya, lanjut dia, ada Partai Perindo dengan 5,2 persen, Partai Nasdem 4,8 persen, PKS 4,6 persen, PPP 3,5 persen, PAN 1,7 persen. Partai-partai lainnya hanya mendapat dukungan milineal tak mencapai angka 1 persen. Partai tersebut, yaitu Partai Garuda, Partai Hanura, PSI, Partai Berkarya, PBB, dan PKPI.
"Pemilih milenial yang menyatakan tidak tahu/tidak jawab/belum memutuskan sebesar 17,6 persen," jelas Rully.