REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, kerugian akibat bencana, khususnya korban jiwa, dapat dicegah bila masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana memiliki ketangguhan dalam menghadapi bencana. "Kita harus bekerja keras. Perlu pemberian informasi dan edukasi kepada masyarakat agar tangguh menghadapi bencana," kata Doni dalam jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (21/2).
Doni mengatakan Indonesia merupakan negara yang terletak di wilayah yang rawan bencana karena berada di antara cincin api dan lempeng-lempeng bumi. Setiap wilayah di Indonesia memiliki tantangan dan ancaman bencana yang berbeda-beda sehingga penginformasian dan pendidikan kebencanaan antara daerah satu dengan lainnya harus berbeda.
"Masing-masing daerah memiliki karakter dan potensi bencana yang berbeda-beda. Masyarakatnya harus disiapkan untuk bisa menghadapi bencana," ujarnya.
Selama ini, korban jiwa akibat bencana di Indonesia cukup besar. Menurut data BNPB, selama 10 tahun terakhir terdapat 11.578 korban jiwa akibat bencana.
"Sepanjang 2018, terdapat 4.814 korban jiwa, paling banyak akibat tsunami dan tanah longsor," katanya.
Di tingkat global, angka kematian korban jiwa akibat bencana juga sangat besar. Selama 20 tahun terakhir terdapat 1.220.701 korban jiwa akibat bencana.
"Jumlah korban jiwa akibat bencana melampaui jumlah korban jiwa akibat perang dunia," ujarnya.