REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat dan Korea Utara akan mencari satu pemahaman yang sama tentang denuklirisasi atau perlucutan senjata nuklir. Hal itu menjadi salah satu agenda pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un pada 27-28 Februari mendatang di Hanoi, Vietnam.
Pertemuan antara Trump dan Kim Jong Un merupakan pertemuan kedua bagi dua negara itu untuk mencairkan hubungan dan mengurangi salah satu ancaman nuklir terbesar di dunia. Meskipun, banyak pihak yang pesimistis bahwa pertemuan akan menghasilkan komitmen denuklirisasi.
Seorang pejabat tinggi AS mengatakan AS tetap fokus untuk membuat Kim Jong-un melakukan denuklirisasi, meski belum ada keputusan dari pihak Korut, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (21/2).
"Saya tidak tahu apakah Korea Utara telah membuat pilihan untuk melakukan denuklirisasi, tetapi alasan mengapa kami terlibat dalam hal ini adalah karena kami percaya ada kemungkinan," kata seorang pejabat AS.
Sebelumnya, kedua pihak belum sepakat tentang arti denuklirisasi dalam pertemuan pertama di Singapura. Kim saat di Singapura, setuju untuk denuklirisasi di semenanjung Korea, yang dapat diambil untuk mencakup penghapusan payung nuklir AS untuk Korea Selatan dan pasukan berkemampuan nuklir. Sementara, Amerika Serikat telah menuntut agar Korea Utara menyerahkan semua program nuklir dan rudal.
“Ini pada akhirnya tentang denuklirisasi Korea Utara. Itulah yang disepakati antara kedua pihak dan itulah tujuan utama yang ingin dicapai oleh Presiden Trump dengan KTT ini. Ini adalah langkah penting menuju tujuan akhir itu," kata pejabat itu.
Menurutnya, Amerika Serikat juga akan mendesak pembekuan semua senjata pemusnah massal dan program rudal dan "peta jalan" untuk menetapkan harapan bagi negosiasi yang akan datang. Namun, kedua belah pihak tidak membahas pemindahan pasukan AS dari Korea Selatan yang ada sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan. Hal itu terkait pertanyaan apakah Trump terbuka untuk menarik semua pasukan AS dari semenanjung Korea untuk perjanjian damai yang secara resmi akan mengakhiri perang.
"Itu bukan subjek pembicaraan," kata dia.