Rabu 06 Mar 2019 10:02 WIB

Kopi Luwak dalam Sejarah Penjajahan NKRI

Di masa penjajahan, kopi merupakan minuman yang haram diminum kaum pribumi.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Andi Nur Aminah
Kopi luwak menjadi salah satu kuliner eksotis yang dihargai tinggi.
Foto: dok Republika
Kopi luwak menjadi salah satu kuliner eksotis yang dihargai tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, BONTANG -- Wakil Ketua MPR RI, Mahyuddin, menghadiri langsung acara sosialisasi empat pilar yang dilaksanakan di Bontang, Kalimantan Timur. Satu per satu sejarah terkait empat pilar tersebut dilontarkan, agar mudah menarik perhatian masyarakat. Salah satunya adalah keterkaitan antara kopi luwak dengan sejarah penjajahan NKRI.

 

Baca Juga

Negara Kesatuan Republika Indonesia (NKRI) adalah harga mati, dan masuk dalam salah satu empat pilar Indonesia. Ternyata kopi luwak yang kini memiliki harga sangat mahal yang mendunia. Ini ada keterkaitan dengan sejarah kemerdekaan NKRI di masa lampau. Kopi luwak merupakan satu-satunya kopi yang bisa dinikmati rakyat pribumi.

“Contoh penindasan Belanda (kaum kolonial penjajah sebelum kemerdekaan RI), itu ada di kopi luwak. Kopi itu sekarang mahal, padahal itu penemuan tidak disengaja,” ucap Mahyuddin dalam pelaksanaan sosialisasi empat pilar RI di Aula Hotel Bintang Sintuk, Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (5/3).

Mahyuddin menceritakan, kala itu kopi merupakan minuman yang haram diminum kaum pribumi, dan yang boleh minum hanyalah para penjajah atau para priyayi. Rakyat pribumi hanya disuruh menanam kopi secara paksa. Lalu ketika dipanen, hasilnya dibawa ke luar negeri untuk dijual dan dinikmati oleh masyarakat di luar Indonesia.

“Indonesia yang nanam, tapi tidak boleh menikmati kopi. Itulah penjajahan. Kopi kita tidak boleh kita nikmati,” kata Mahyuddin lagi.

Karena itu, rakyat melihat luwak-luwak memakan buah kopi lalu bijinya mereka keluarkan lagi melalui kotoran mereka. Konon, biji kopi yang mereka keluarkan lagi itu, adalah biji-biji kopi terbaik. Sehingga dahulu masyarakat menikmati kopi yang sudah dikeluarkan dari kotoran luwak.

Faktanya, saat ini ada jenis kopi Indonesia yang harga satu kilogramnya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Diungkapkan Asosiasi Coffee Specialty Indonesia, kopi termahal di Indonesia dihasilkan di Pulau Bali, yakni Kopi Luwak Hutan Bercinta yang harga jualnya bisa menembus Rp 60 juta per kilogram.

Jadi ada kopi luwak biasa yang dikandangkan, lalu kopi luwak hutan, dan yang ketiga kopi luwak bercinta. Kopi Luwak Bercinta ini, dihasilkan saat sepasang luwak jantan dan betina kawin, karena mereka bisa mengeluarkan aroma wangi hingga radius 100 meter. Saat mereka kawin dan mengeluarkan aroma wangi itu, maka dia makan biji kopinya lalu dikeluarkan dan rasanya akan lain.

Kembali kepada masa penjajahan, dimana masyarakat merasa terpukul karena memakan kopi dengan cara seperti itu, akhirnya rakyat pada masa itu sepakat untuk merdeka. Meredeka merupakan sebuah jembatan emas dari rakyat yang bodoh menjadi pintar, dari miskin menjadi kaya, daru terbelenggu menjadi bebas.

“Apa itu merdeka? Kata Bung Karno, merdeka adalah jembatan emas karena sebelum merdeka rakyat kita bodoh dan diadu domba, rakyat kita miskin,” papar Mahyuddin.

Mahyuddin menghadiri acara sosialisasi empat pilat di Bontang, Kalimantan Timur, yang dihadiri sekitar hampir 500 orang dari masyarakat sekitar. Acara tersebut juga dihadiri Ceu Popong sebagai pembicara, serta diatur oleh kepanitiaan dari Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI Polri (GM FKPPI).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement