REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tour leader wisata Muslim, Arsiya Puspita Heni menyambut baik usulan agar pariwisata Muslim atau halal menjadi mata kuliah di sekolah tinggi pariwisata. Dengan dijadikannya pariwisata halal sebagai mata kuliah, menurutnya akan membuat wisata halal di Indonesia bertumbuh pesat.
"Jika menjadi mata kuliah, ke depannya wisata halal akan lebih baik lagi karena sudah diperkenalkan ke generasi muda yang akan menjadi harapan di masa depan. Saya berharap pemerintah bisa menyambut ini dan mewujudkan itu," kata dia kepada Republika.co.id, Selasa (12/3).
Menurut Arsiya, mata kuliah pariwisata halal perlu diterapkan khususnya di sekolah tinggi pariwisata yang berada di provinsi yang umat Muslimnya berjumlah besar. Misalnya provinsi di pulau Jawa atau juga di pulau lainnya.
Arsiya menjelaskan, pariwisata halal itu tidak terbatas pada kuliner, tetapi juga termasuk penerapannya di objek wisata. Misalnya, umat Muslim yang berkunjung ke objek wisata yang kental dengan budaya non-Islam, bisa tidak ikut mengikuti ritual agama non-Islam. Kecuali jika ingin melihat atau sekadar mendapat pengetahuan.
Mata kuliah pariwisata di tingkat perguruan tinggi, lanjut Arsiya, sebaiknya dibuat menjadi mata kuliah umum dasar dengan total 4 SKS di fase semester awal. Mata kuliah tersebut harus jadi materi inti dan perlu diajarkan mulai dari tingkat strata 1.
Tak masalah juga bagi Arsiya jika mata kuliah tersebut diadakan di jenjang magister. "Jadi nanti kalau S-2 ada lagi berarti nanti lebih ke pengembangan selanjutnya. Tetapi untuk yang S1, itu jadi materi dasar atau mata kuliah umum dasar," jelasnya.
Arsiya menilai, pariwisata halal di dunia sekarang sudah maju dan akan seterusnya maju di masa-masa mendatang. Ini terlihat dari banyaknya kalangan non-Muslim yang memilih pariwisata halal karena kulinernya terjamin bersih. Karena itu, menurut dia, lambat-laun dunia akan mengakui pariwisata halal.