Rabu 13 Mar 2019 16:47 WIB

CPIS: Pemerintah Perlu Perhatikan Kebijakan Pro-Ekspor

Indonesia perlu membidik pasar ekspor baru

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CPIS) Assyifa Szami Ilman mengatakan, terdapat 10 sektor nonmigas andalan yang diprediksi tumbuh pada 2019 ini. 10 sektor tersebut berkontribusi lebih dari 30 persen ekspor dalam nilai neraca perdagangan Indonesia.

Kesepuluh sektor tersebut didominasi oleh komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), kakao, kopi, karet, batu bara, hasil laut, kayu dan furnitur, tekstil, kertas, pulp, dan nikel. “Sebagian dari komoditas ekspor ini adalah komoditas agrikultur ekstraktif yang memiliki karakteristik harga yang cukup volatil,” kata Assyifa seperti dalam rilis yang diterima Republika, Rabu (13/3).

Baca Juga

Dia mencontohkan, karakteristik harga yang cukup volatil terutama terjadi pada komoditas kakao dan kopi karena rentan terhadap adanya perubahan cuaca yang drastis. Hal itu dapat memicu terjadinya gagal panen terhadap kedua komoditas tersebut hingga mengancam potensi ekspor.

Di sisi lain dia menilai, pemerintah perlu memperhatikan kebijakan pro-ekspor. Untuk komoditas CPO, ekspor sulit menjangkau pasar Uni Eropa sebab sawit telah dicoret dari bahan bakar nabati atau biofuel dan dianggap sebagai tanaman yang tidak ramah lingkungan.

Sedangkan, untuk pasar batu bara, kendala yang dihadapi adalah adanya upaya pergeseran penggunaan energi terbarukan dari batu bara oleh Cina.

Untuk itu dia mengimbau kepada pemerintah agar melakukan kebijakan pro-ekspor kepada industri dengan nilai tambah tinggi. Salah satu caranya, kata dia, adalah dengan mendorong penambahan luas area budi daya dan meningkatkan variasi jenis budi daya.

“Misalnya di sektor perikanan, pemerintah harus berfokus pada ekspor ikan yang bernilai jual tinggi, cari juga variasinya, jadi tidak selalu komoditas udang,” katanya.

Dia menambahkan, ketergantungan ekspor Indonesia terhadap pasar ekspor dominan seperti Cina, Amerika, Jepang, dan negara-negara di Asia Tenggara perlu digeser dengan membidik pasar-pasar baru seperti Afrika. Terlebih, terjadi peningkatan jumlah penduduk kelas menengah yang mendorong tumbuhnya permintaan produk-produk ekspor unggulan Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement