Senin 18 Mar 2019 13:13 WIB

Kedamaian Muslim Christchurch yang Terkoyak Peluru

Masjid Al Noor di Christchurch dikenal karena membuka pintu bagi semua kalangan.

Rep: Umi Soliha/ Red: Ani Nursalikah
 File foto tidak bertanggal menunjukkan Masjid Al Noor di Deans Avenue, tempat penembakan massal, di Christchurch, Selandia Baru, (15/3/2019).
Foto: EPA-EFE/Martin Hunter
File foto tidak bertanggal menunjukkan Masjid Al Noor di Deans Avenue, tempat penembakan massal, di Christchurch, Selandia Baru, (15/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH -- Al Noor berasal dari bahasa Arab yang artinya cahaya. Namun, kini cahaya itu telah digelapkan oleh aksi teror penembakan oleh teroris berkulit putih. Masjid yang terkenal di 101 Deans Avenue in Riccarton itu berseberangan dengan Hagley Park. Masjid Al Noor dikenal karena membuka pintunya untuk semua kalangan baik Muslim maupun non-Muslim.

Dilaporkan di Stuff, setiap tahun, Masjid Al Noor menyelenggarakan acara memanggang daging gratis pada acara pekan Islam bagi seluruh masyarakat yang tertarik mengetahui lebih dalam tentang Islam. Dalam acara tersebut biasanya para pemimpin masjid memberikan presentasi dan menyambut pertanyaan-pertanyaan dari masyarakat luas untuk meningkatkan visibilitas komunitas Muslim yang kecil, namun berdedikasi.

Seorang sejarawan Muslim, Abdullah Drury mengatakan komunitas Muslim selalu bersikap apolitis. "Mereka merupakan komunitas sederhana, pendiam yang menjaga dirinya sendiri. Banyak dari mereka telah berusaha menjauh dari kekerasan di Timur Tengah," katanya.

Umat Islam telah tinggal di Christchurch sejak awal kota tersebut ada. Muslim pertama yang diketahui datang ke Selandia Baru berasal dari India dan menetap di Cashmere pada 1850-an. Muslim tetap menjadi bagian kecil dari kota Kristen Pākehā yang dominan, sampai 1970-an. Pada 1981, ada hampir 500 Muslim di Canterbury, sebagian besar adalah mahasiswa di universitas setempat.

Ruang komunal pertama bagi umat Islam untuk berkumpul adalah sebuah rumah di Tuam St, dibeli pada 1981. Itu tidak cukup besar untuk menampung semakin banyak migran, lalu mereka membangun masjid baru di Deans Ave.

photo
Pemuda Muslim Selandia Baru.

Pembangunan masjid dipimpin oleh masyarakat dan sebagian besar bergantung pada sumbangan anggota serta sumbangan 460 ribu dolar AS dari Kerajaan Saudi. Pendirian masjid didorong oleh sekelompok kecil yang sebagian besar telah meninggal, di antara mereka adalah Muhammad Nabi dari Bangladesh. Ia meninggal beberapa tahun yang lalu.

Masjid Al Noor selesai pada Agustus 1985. Masjid ini berada di pulau selatan Selandia Baru dan merupakan masjid kedua di Selandia Baru. 

Berdasarkan tesis yang ditulis Abdullah Drury pada 2016 mengenai sejarah Muslim Pulau Selatan, kontruksi masjid Al Noor dibangun dengan teliti dan sarat makna.  Banyak prasasti yang dibangun oleh seorang kaligrafer dari Sudan yang ditempatkan di dinding dan jendela masjid.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement