REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menghadiri pertemuan darurat tingkat menteri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang digelar di Istanbul, Turki, Jumat (22/3). Pertemuan itu khusus membahas tentang islamofobia dan serangan dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pekan lalu, yang menyebabkan 50 orang meninggal.
Terdapat tujuh hal yang disampaikan Retno dalam pertemuan tersebut. Pertama, Indonesia sangat mengutuk serangan brutal terhadap dua masjid di Christchurch. Kedua, Indonesia mengecam pernyataan tak bertanggung jawab Senator Australia Fraser Anning yang menyalahkan imigran Muslim atas terjadinya insiden penembakan di Christchurch.
"Ketiga, sebagai anggota Dewan Keamanan PBB, Indonesia bersama Kuwait, menginsiasi pernyataan pers Dewan Keamanan PBB menyatakan sangat mengutuk serangan Christchurch," kata Retno dalam keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Jumat.
Keempat, insiden Christchurch menjadi pengingat bahwa tak ada negara yang benar-benar bisa terlindung dari serangan teroris. "Christchurch adalah bukti kurangnya pemahaman tentang Islam sebagai agamai damai," ujar Retno.
Poin selanjutnya Retno menyinggung tentang penerapan toleransi. "Kita harus memperkuat nilai toleransi. Hidup berdampingan secara damai hanya dapat dibangun di atas dasar toleransi yang kuat," ucapnya.
Retno juga mengingatkan bahwa upaya promosi dialog antaragama harus digandakan. "Christchurch mendorong kami untuk memperkuat kolaborasi global kami dalam mempromosikan dialog," kata dia.
Karena saat ini umat Muslim sedang menghadapi tantangan sangat besar, Retno menyerukan OKI berdiri teguh dan tegas menangani masalah-masalah yang dihadapi umat, seperti diskriminasi dan penindasan terhadap Palestina.
Dia pun meminta OKI memperkuat komitmen terhadap Kelompkok Kontak OKI untuk Perdamaian dan Dialog sebagai platform untuk menangani Islamofobia dan semua jenis diskriminasi. "OKI harus menjadi mercusuar nyata dari Islam yang damai dan mengejar lebih banyak dialog serta inisiatif damai," ujar Retno.