REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf membantah terkait dengan uang Rp 8 miliar politikus Golkar Bowo Sidik yang diduga digunakan untuk 'serangan fajar'. TKN menyebut Bowo Sidik tak masuk dalam struktural TKN Jokowi.
"Di TKN tidak masuk, kami sebetulnya kaget juga kok dia mempersiapkan hal-hal yg kaya begitu. Sama sekali tidak ada hubungannya (dengan pemenangan capres)," kata Juru Bicara TKN Ace Hasan Syadzily di Kompleks DPR RI, Jumat (29/3).
Bowo Sidik yang merupakan Anggota Komisi VI DPR RI diketahui merupakan ketua pemenangan Golkar di daerah. Maka itu, Ace menegaskan bahwa uang yang ditemukan di kediaman Bowo tidak terkait dengan Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf. "Jadi saya heran kalau misalnya seorang Bowo mau melakukan cara cara itu," ujar dia.
Dalam tangkap tangan yang dilakukan pada Rabu (27/3) sore hingga Kamis (28/3) dini hari, KPK awalnya mengamankan Rp 89,4 juta dari orang kepercayaan Bowo. KPK menduga suap yang diberikan kepada Bowo bukanlah transaksi pertama. KPK pun terus menelusuri transaksi dengan melakukan penggeledahan di sebuah lokasi di Jakarta.
Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan bersama penyidik KPK memperlihatkan barang bukti saat konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (28/3).
Setelah dilakukan penelusuran, KPK di Jakarta mengamankan uang sekitar Rp 8 miliar dalam pecahan Rp 20 ribu dan Rp 50 ribu yang telah dimasukkan dalam amplop-amplop sebanyak 84 kardus.
Kabiro Humas KPK Febri Diansyah mengungkapkan amplop-amplop berisi uang diduga dipersiapkan oleh Bowo untuk 'serangan fajar' pada Pemilu 2019. Uang tersebut diduga terkait pencalonan Bowo sebagai anggota DPR RI di Daerah Pemilihan Jawa Tengah II.
"Jumlah kardus yang diamankan ada sekitar 400 ribu amplop dalam kardus-kardus ini berisikan uang. Kami duga tentu dari bukti-bukti yang sudah kami dapatkan itu akan digunakan untuk pendanaan politik dalam 'serangan fajar' pada Pemilu 2019 pada 17 April nanti," kata Febri.