REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pascabanjir dan longsor yang terjadi pada 17 Maret lalu, Kabupaten Bantul, DIY terus melakukan normalisasi dan pemulihan. Baik itu pembersihan maupun perbaikan sarana dan prasarana yang rusak akibat banjir dan longsor.
Manager Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Bantul, Aka Lukluk Firmansyah mengatakan, untuk pembersihan pascabanjir telah selesai dilakukan. Termasuk pembersihan rumah warga, sekolah, kantor dan sumur. "Insya Allah (sumur yang dibersihkan, Red) sudah semua," kata Aka kepada Republika.co.id, Ahad (31/3).
Pembersihan sumur memang sudah dilakukan sejak 19 Maret, tepatnya dua hari setelah banjir dan longsor terjadi. Hal ini dilakukan karena pasokan air bersih yang kurang saat itu.
Sebab, banyak sumur warga yang tercemar karena tertimbun lumpur. Dengan begitu, permintaan air bersih dari warga saat itu terbilang banyak. Sehingga, harus dilakukan pembersihan sumur dengan segera.
Saat ini pihaknya fokus pada pembersihan sisa-sisa material yang dibawa arus banjir. "Sisa-sisa banjir masih dibersihkan, seperti sisa rumpun bambu, sisa-sisa jembatan yang melintang disungai," kata Aka.
Sebelumnya, sekitar 1.607 sumur di Bantul tercemar akibat banjir yang melanda 15 kecamatan di wilayah tersebut. Sehingga, warga pun kekurangan air bersih guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sumur yang tercemar tersebar di berbagai kecamatan dan kelurahan di Bantul. Kelurahan Wukirsari di Imogiri, Bantul merupakan wilayah terparah yakni sebanyak 765 sumur gang tercemar dan 509 sumur di Kelurahan Girirejo.
Wilayah lain yang tercemar antara lain Turi, Sumberagung (32 sumur), Bulus Kulon, Sumberagung (21 sumur), Cangkring, Poncosari, Srandakan (17 sumur). Selain itu, Karanggayam, Segoroyoso, Pleret (30 sumur), Kowen, Sewon (10 sumur), Imogiri (69 sumur), Karangtalun (144 sumur) dan Tambalan, Piyungan (10 sumur).