Sabtu 06 Apr 2019 13:11 WIB

Tekan Maduro, AS Tindak 34 Kapal Minyak Venezuela

Dua perusahaan dan 34 kapal Venezuela akan dikenakan sanksi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Perusahaan minyak milik Venezuela Petroleum of Venezuela (PDVSA).
Foto: Reuters
Perusahaan minyak milik Venezuela Petroleum of Venezuela (PDVSA).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerikat Serikat telah menandai dua perusahaan minyak Venezuela dan 34 kapal milik perusahaan minyak negara dalam upaya lebih meningkatkan tekanan ekonomi pada Presiden Venezuela Nicolas Maduro. Dua perusahaan dan 34 kapal tersebut bakal dikenakan sanksi.

Menurut departemen keuangan AS, Ballito Bay Shipping Inc. dan Proper in Management Inc. dimasukkan dalam daftar hitam karena beroperasi di sektor minyak Venezuela. Kapal yang menurut agen AS digunakan untuk mengirim minyak ke Kuba, Despina Andrianna, juga ditandai.

Baca Juga

"Departemen Keuangan mengambil tindakan terhadap kapal dan entitas yang mengangkut minyak, menyediakan jalur penyelamatan untuk menjaga rezim Maduro yang tidak sah bertahan," kata Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam sebuah pernyataan, dilansir di Anadolu Agency, Sabtu (6/4).

Mnuchin mengungkapkan, Kuba terus mendapat untung lantaran menjadi penopang bagi rezim Maduro yang tidak sah melalui sebuah skema minyak untuk menjaga Maduro agar tetap berkuasa.

Ke-34 kapal itu ditetapkan sebagai properti milik perusahaan minyak Venezuela, Petroleos de Venezuela atau PDVSA, yang ditunjuk AS pada Januari lalu di tengah kebuntuan politik di negara Amerika Latin itu.

Venezuela telah diguncang protes sejak Januari, ketika Maduro dilantik untuk masa jabatan kedua setelah pemungutan suara yang diboikot oleh oposisi. Ketegangan berkobar ketika pemimpin oposisi Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara beberapa hari kemudian.

Hal itu menjadi sebuah langkah yang didukung oleh AS, sebagian besar negara-negara Amerika Latin, dan banyak di Eropa. Venezuela berada dalam pergolakan krisis kemanusiaan dan ekonomi di tengah kebuntuan politik antara Guaido dan Maduro.

Washington telah meningkatkan tekanan diplomatik dan ekonomi pada presiden Venezuela, termasuk sanksi perusahaan minyak miliknya, dalam upaya untuk membuatnya menyerahkan kekuasaan. Tetapi Maduro, yang sangat didukung oleh Rusia dan Kuba, telah menolak untuk mundur, sebaliknya bersikeras bahwa ia adalah target dari kudeta yang diatur oleh AS.

Kebuntuan politik terjadi ketika Venezuela bergulat dengan krisis ekonomi yang memburuk yang telah menyebabkan kekurangan barang akut dan yang telah berulang kali mengakibatkan pemadaman listrik yang meluas. Perekonomiannya mengalami penurunan tajam menyusul penurunan harga minyak mentah global, ekspor utama negara itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement