REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim, Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir angkat bicara perihal pilihan calon presiden (capresnya). Menurutnya tidaklah bijak untuk bersikap netral pada pemilihan presiden (Pilpres) 2019 ini.
"Mencermati perkembangan terakhir, kami berpandangan tidaklah bijak mengambil posisi netral di Pilpres 2019," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Senin (8/4).
Nadir mengungkapkan bahwa dirinya tidak mungkin berada dalam kapal yang selama ini selalu membid’ahkan amalan Aswaja dan mencaci para ulama pesantren. Serta membawa-bawa ideologi yang akan merusak NKRI.
Ia juga mengaku sulit bila harus berada di barisan mereka yang didukung oleh keluarga Cendana dan kekuatan Orde Baru. Apalagi selama ini telah mengatasnamakan pembela Islam, namun capres dan cawapresnya tidak punya tradisi dan rekam jejak keilmuan Islam.
"Sukar terjadi kami sebarisan dengan mereka para penebar hoaks dan ujaran kebencian, serta pelanggar hak asasi manusia, yang capres/cawapresnya berasal dari satu persen kaum elite di negeri ini, dan programnya hampir tidak menyentuh rakyat kebanyakan," ungkap dia
Nadir juga menyatakan tidak akan mengabaikan petuah para ulama seperti Mbah Maemun Zubair (Sarang), Kiai Anwar Manshur (Lirboyo), Kiai Zainuddin Jazuli (Ploso), Kiai Nawawi A Jalil (Sidogiri), Kiai Adib (Buntet), Habib Luthfi bin Yahya (Pekalongan), dan para masyayikh lainnya.
Karena berlatar belakang hak tersebut, Rais Syuriah PCINU Australia ini mengatakan dengan tegas akan berada di barisan 01 Joko Widodo-Maruf Amin. Ia percaya ditangan keduanya, Indonesia akan tetap utuh dan semakin kukuh dalam kebhinekaan.
"Kami mantap dan tegas memilih berada di barisan 01 Jokowi-Kiai Ma’ruf Amin demi masa depan Indonesia yang lebih maju, dalam naungan Pancasila dan UUD 1945, di bawah bimbingan para ulama dan tokoh bangsa, yang kukuh menjaga Bhinneka Tunggal Ika," ucapnya.